SembahlahAllah saja & Jauhilah Thoghut. August 26, 2014 · Dakwah semua Rasul yang Allah l utus adalah menyeru umatnya untuk beribadah kepada Allah l dan mengkufuri Dansesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu." (QS. An-Nahl [16] : 36) Pesan ini dibawa oleh setiap Nabi dan Rasul Allah sepanjang masa. Setiap umat telah mendengar pesan abadi para Rasul Allah ini. Suatu pesan yang ibarat coin bersisi ganda. Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. Muslim praying in Sujud posture بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah menyebutkan firman Allah yang lain yang terdapat dalam surah An-Nahl, Allah Subhanahu wata’ala berfirman وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan “Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan rasul-rasul”. QS. An-Nahl 35. Ulama kita menyebutkan beberapa perbedaan antara Nabi dan Rasul, Rasul diutus kepada ummat yang menentang dakwahnya, adapun Nabi diutus kepada ummat yang menerima dakwahnya, adapula yang mengatakan Rasul adalah yang membawa syariat yang baru dan menghapuskan syariat sebelumnya, adapun Nabi yang melanjutkan syariat Nabi selanjutnya, ini diantara perbedaan yang disebutkan oleh para ulama kita, jadi setiap Rasul adalah Nabi namun tidak semua Nabi itu Rasul. Rasul pertama adalah Nuh Alaihissalamsebagaimana dalam hadist syafaat pada hari kiamat ketika orang – orang datang kepada Nabi Adam Alaihissalam meminta syafaat untuk segera diadili dihadapan Allah Subhanahu wata’ala maka Nabi Adam mengatakan”Diriku, diriku, sesungguhnya hari ini Allah sangat murka dan Allah tidak pernah murka seperti kemurkaannya hari ini dan tidak akan pernah murka seperti hari ini setelahnya, berangkatlah kalian kepada Nabi Nuh karena sesungguhnya dia adalah Nabi yang pertama”. Dakwah para Rasul adalah sembalah Allah Subhanahu wata’ala dan jauhi thaghut Pemimpin para thaghut adalah Iblis, dialah yang menyesatkan manusia yang menjadi sesembahan selain Allah Subhanahu wata’ala Al Ummah dalam Al-Qur’an ada beberapa makna dan yang kita pahami ketika dikatakan ummat adalah sekelompok manusia, adapun makna yang lain sebagaimana yang Allah sebutkan pada surah An Nahl ayat 120 ketika Allah mensifatkan Nabi Ibrahim Alaihissalam إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”. QS. An-Nahl 120. Yang dimaksud Ummah dalam ayat ini adalah Imam atau Pemimpin, Nabi Ibrahim adalah Imam dan Pemimpin, terkadang ada orang cuma satu akan tetapi seperti satu ummat seperti para ulama bahkan dalam atsar disebutkan kematian satu kampung lebih baik dari pada kematian seorang alim dan syaithan lebih takut kepada seorang alim yang tidur dari pada seorang ahli ibadah yang sementara beribadah, Perkataan ini ada kebenaran karena memang berdasarkan ilmu yang Allah berikan kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam seorang diri namun disifatkan oleh Allah Subhanahu wata’ala didalam Al-Qur’an sebagai Imam. Ummah juga mengandung arti Al-Millah agama/petunjuk sebagaimana firman Allah dalam surah Az-Zuhruf وَكَذَٰلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ “Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka”. QS. Az-Zuhruf 23. Dantara talbis Iblis yaitu ketika telah nyata dalil sampai kepada seseorang dari Al-Qur’an dan Sunnah serta ijma Salaful Ummah kemudian ada yang masih berat menerima kebenaran itu dengan berkata”Apa yang saya dapatkan ini sudah turun-temurun dari nenek moyang saya”, ini hujjah orang – orang kafir Quraisy, oleh sebab itu sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah hendaknya berjalan sesuai dengan dalil Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam serta kembali kepada kebenaran, bukanlah aib ketika seseorang berada dalam kesesatan kemudian kembali kepada kebenaran bahkan ia adalah keutamaan sebagaimana perkataan Umar Radhiyallahu anhu”Kembali kepada kebenaran lebih baik dibandingkan / ketimbang seseorang terus menerus berada dalam kebathilannya”. Ummah juga dalam Al-Qur’an mengandung makna zaman / waktu sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala tentang kisah Nabi Yusuf Alaihissalam yang disebutkan didalam Al-Qur’an وَقَالَ الَّذِي نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ أَنَا أُنَبِّئُكُمْ بِتَأْوِيلِهِ فَأَرْسِلُونِ “Dan berkatalah orang yang selamat diantara mereka berdua dan teringat kepada Yusuf sesudah beberapa waktu lamanya “Aku akan memberitakan kepadamu tentang orang yang pandai mena’birkan mimpi itu, maka utuslah aku kepadanya”. QS. Yusuf 45. Kisahnya ketika 2 narapidana dimasukkan ke dalam sel/tahanan dengan Nabi Yusuf, lalu kedua orang ini mimpi dengan mimpi yang berbeda, adapun yang pertama bermimpi memberi minum kepada tuannya kemudian yang kedua bermimpi membawa makanan diatas kepalanya kemudian dipatok oleh seekor burung, Nabi Yusuf memberi ta’wil bahwasanya yang pertama akan dibebaskan kemudian akan menjadi pelayan raja di istana, adapun ta’wil mimpi yang kedua dia akan dibunuh, ta’wil mimpi yang ditafsirkan oleh Nabi Yusuf terjadi diantara keduanya. Nabi Yusuf berpesan kepada yang akan dibebaskan”Sampaikan tentang saya kepada tuanmu atau sang raja“, namun setelah ia keluar dari penjara ia dibuat lupa oleh syaithan dan ia tidak mengingat kecuali setelah waktu yang lama yaitu setelah sang raja mengalami mimpi, seluruh penta’wil mimpi yang ada diistana bingung dengan mimpi yang dialami oleh sang raja dan ketika mereka berbincang dengan mimpi sang raja barulah narapidana yang kini menjadi pelayan sang raja mengingat bahwasanya dahulu ia memiliki mimpi yang dita’wil oleh Nabi Yusuf, sehingga ia baru menyampaikan pesan Nabi Yusuf kepada sang raja, sebagaimana yang disebutkan dalam kisah Nabi Yusuf dalam surah Yusuf. Inti pembahasan Dakwah para Nabi dan Rasul adalah satu yaitu mengajak untuk menyembah Allah Subhanahu wata’ala dan menjauhi thaghut, Diantara beberapa hikmah Allah Subhanahu wata’ala mengutus Nabi dan Rasul sebagai berikut Allah ingin menegakkan hujjah kepada manusia, Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam surah An-Nisaa pada ayat 165 رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا “Mereka Kami utus selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. QS. An-Nisaa 165. Nabi diutus ditengah manusia sebagai rahmat bagi mereka sebagaimana dalam firman Allah dalam Surah Al-Anbiya وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”. QS. Al-Anbiya 107. Jadi islam walaupun diturunkan dinegeri Arab namun ajarannya meliputi seluruh alam, bahkan Allah Subhanahu wata’ala mengutus Nabi kita Muhammad untuk jin dan manusia, dalam surah Ar Rahman ketika Allah mengulangi firmannya فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. QS. Ar-Rahman 13. Ini khitab untuk para jin dan manusia dan Rasulullah menceritakan kepada para sahabat bahwasanya“Telah didatangkan kepadaku bangsa Jin mereka mendengarkan apa yang saya sampaikan dan mereka lebih cepat menerima dari pada kalian”. Nabi dan Rasul diutus untuk menjelaskan jalan agar kita bisa sampai kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan selamat. Adapun yang dimaksud dengan At Thagut yang berasal dari kata طَغَى artinya melampaui batas sebagaimana firman Allah yang mensifatkan kaum Nabi Nuh ketika dihantam dengan air banjir bah, Allah Subhanahu wata’ala berfirman إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ “Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik sampai ke gunung Kami bawa nenek moyang kamu, ke dalam bahtera”. QS. Al-Haqqah 11. Definisi Thagut Secara istilah syar’i yaitu sebagaimana disampaikan oleh Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah “Thaghut adalah segala sesuatu yang menyebabkan seorang hamba melebihi batasannya, baik itu sesuatu yang diibadahi, diikuti, atau ditaati”. Awal kesyirikan semuanya disebabkan karena ghuluw atau melampaui batas, sebagaimana kesyirikan yang terjadi dizaman Nabi Nuh, mereka berbuat syirik disebabkan karena ghuluw kepada orang – orang sholeh, begitupula kesyirikan yang terjadi pada ummat Nabi Isa Alaihissalamdisebabkan karena mereka ghuluw kepada Nabi Isa Alaihissalam, oleh karenanya Nabi melarang kita ghuluw sampai kepada beliau, Dari Ibnu Abbas, dia mendengar Umar berkata di atas mimbar Saya mendengar Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda “Janganlah kalian terlalu berlebih-lebihan kepadaku sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan kepada Isa bin Maryam, sesunggunhya aku hanyalah seorang hamba Allah maka katakanlah hamba Allah dan RasulNya”. HR. Al-Bukhari no 3445, 6830. Perkataan pertama yang keluar dari mulut Nabi Isa ketika beliau masih dalam buaian kemudian ibunya dituduh melakukan perbuatan zina oleh kaumnya, Nabi Isa berkata sebagaimana dalam firman Allah قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا Berkata Isa”Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab Injil dan Dia menjadikan aku seorang nabi,” QS. Maryam 30. mengapa beliau tidak mengatakan aku adalah Nabi Allah atau Rasul Allah..? karena beliau tahu dan ini hikmah dari Allah bahwasanya nanti akan ada yang menuhankan beliau, olehnya sejak awal beliau bantah hal tersebut dengan berkata”Sesungguhnya aku ini hamba Allah”. Nabi Isa tidak gengsi untuk menjadi hamba Allah Subhanahu wata’ala. Pada hari kiamat Allah berkata kepada Nabi Isa”Wahai Nabi isa apakah benar engkau mengatakan jadikan aku dan ibuku yang disembah selain Allah”, Nabi Isa berkata”Maha suci engkau Ya Allah, tidak mungkin saya mengatakan perkataan yang seperti itu tidaklah aku berkata kepada mereka agar mereka menyembah engkau dan dulu ketika aku masih hidup saya menjadi saksi Ya Allah tetapi ketika engkau wafatkan aku dan angkat kelangit, engkaulah yang mengawasi mereka adapun saya tidak tahu apa yang mereka lakukan setelah kematianku”, ini menunjukkan bahwa Nabi dan Rasul setelah kematian mereka tidak mengetahui perkara – perkara yang ghaib, tidak mengetahui perkara yang dilakukan oleh ummat – ummat mereka setelah mereka meninggal sebagaimana Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dihari kemudian ketika beliau telah berada ditelaga yang telah disiapkan oleh Allah Subhanahu wata’ala untuk beliau, semua ummatnya datang minum ke telaga beliau yang kata beliau siapa yang meminum dari telaga itu tidak akan merasakan haus setelahnya, Ada diantara ummat beliau yang terhalangi untuk minum ditelaga beliau bahkan diusir untuk menjauh dari telaga. Melihat hal tersebut Rasulullah berkata”Ya Allah mereka ummatku”, Allah Subhanahu wata’ala berkata”Engkau tidak tahu wahai Muhammad apa yang mereka lakukan setelah engkau meninggal”, akhirnya Rasulullah berkata”Menjauh, menjauh, sungguh celaka orang yang mengubah ajaranku setelah kematianku”. Wallahu a’lam Bish Showaab Oleh Ustadz Harman Tajang, Lc., Hafidzahullahu Ta’ala Direktur Markaz Imam Malik Sabtu, 29 Dzulqaidah 1439 H Fanspage Harman Tajang Kunjungi Media MIMFans page Website Youtube Telegram Instagram ID LINE Makalah ini kami tulis setelah kami berdiskusi secara panjang lebar dengan salah satu aktivis pengusung dakwah khilafah’. Ia selalu menggunakan kata-kata toghut dalam membahasakan pemerintah. Seolah kata-kata toghut’ yang terdapat di dalam berbagai ayat di Al Qur’an hanya memiliki makna pemerintah yang kafir’. Padahal tidak demikian, tidak tepat jika kita maknakan selalu seperti itu. Ini sama saja menyempitkan makna toghut’ dan menyamakannya antara makna pada satu ayat dengan ayat yang lain. Oleh karenanya kami ingin menegaskan di sini bahwa makna kata thaghut’ yang terdapat di dalam Al Qur’an tidak hanya bermakna seperti itu. Mudah-mudahan uraian di bawah ini bermanfaat. Kita lihat ayat-ayat di dalam Al Qur’an yang memakai kata-kata toghut’ Ada enam ayat di dalam Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat kata-kata toghut’. Ayat yang pertama adalah اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ ۗ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ “Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kekafiran kepada cahaya iman. Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah toghut, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan kekafiran. Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” QS Al Baqarah 257 Kita lihat penjelasan ahli tafsir mangenai ayat ini. Ibnu Katsir mengatakan “Alloh Ta’ala mengabarkan bahwasannya Dia akan memberikan petunjuk kepada orang yang mengikuti jalan-Nya kepada jalan-jalan keselamatan. Maka Alloh akan mengeluarkan hamba-Nya yaitu orang-orang Mukmin dari kegelapan kekufuran dan keragu-raguan kepada cahaya kebenaran yang jelas, terang, nyata, mudah dan bercahaya. Dan bahwasanya orang-orang kafir sesungguhnya pelindung-pelindung mereka adalah syaiton yang menghiasi mereka kepada kebodohan dan kesesatan, serta mengeluarkan mereka dan menyimpangkan mereka dari jalan kebenaran menuju jalan kekufuran dan kedustaan, { Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya}. [Tafsirul Qur’anil Adhim 1/685 tahqiq Samiy bin Muhammad Salamah, Dar Toybah Lin Nasyr wa Tauzi cet. Ke 2 Th. 1999] Maka makna kata toghut’ dalam ayat ini adalah syaiton’. Ayat yang ke dua ألمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim meminta keputusan kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan yang sejauh-jauhnya. QS An Nisaa 60 Berkaitan dengan ayat ini Al Baghawi menukil perkataan As Sya’bi “Terjadi permusuhan antara seorang laki-laki dari kalangan Yahudi dan seorang laki-laki munafiq. Lantas berkatalah seorang Yahudi tadi “Kita akan mengambil hukum meminta keputusan kepada Muhammad”, ini di karenakan si Yahudi tadi mengetahui bahwa Nabi Muhammad bukanlah orang yang bisa di suap, serta tidak akan pernah condong terhadap salah satu hukum pilih kasih ketika mengambil keputusan. Akan tetapi si Munafiq malah mengatakan “Kita mengambil hukum meminta keputusan kepada orang Yahudi saja”, ini di sebabkan si Munafiq tadi mengetahui bahwa orang-orang Yahudi biasa menerima suap dan condong terhadap salah satu hukum pilih kasih ketika memutuskan. Keduanya pun sepakat, lalu mereka berdua mendatangi salah seorang dukun/ peramal’ di Juhainah dan berhukum meminta keputusan kepadanya. Setelah itu turunlah ayat ini.” [Ma’alimu Tanzil, 2/242, Abu Muhammad Al Husain Ibnu Mas’ud Al Baghawi, Dar Toybah Lin Nasyr wa Tauzi, Cet. Ke 4 Th. 1997] Berkaitan dengan sebab turunya ayat, maka makna kata toghut’ dalam ayat ini adalah “selain Alloh dan Rasul-Nya”, dan jika di kaitkan dengan kalimat sebelumnya yakni {Mereka hendak berhakim meminta keputusan kepada thaghut}, maka di maknakan “Meminta keputusan kepada selain Alloh dan Rasul-Nya”. Sedangkan Ibnul Jauzi di dalam tafsirnya juga menukil salah satu riwayat dari Ibnu Abbas, yang di dalamnya di katakan juga mengenai permusuhan orang Yahudi dan laki-laki Munafiq ini. Mereka berdua akhirnya sepakat mengadukan kepada permasalahan ini kepada Nabi. Setelah Nabi Shalallohu alaihi wasalam memberikan keputusan kepada mereka berdua, berkatalah si munafiq karena tidak puas dengan keputusan Nabi. Pent “Kita ke Umar bin Khatab”. Umar pun menerima mereka berdua, dan mereka berdua menceritakannya secara detail ke beliau. Kemudian Umar berkata “Tunggulah sebentar hingga aku keluar menemui kalian berdua lagi”, kemudian beliau masuk ke dalam rumah dan mengambil pedang beliau, kemudian keluar lagi dan membunuh si Munafiq tadi dengan pedang yang beliau bawa. Beliau mengatakan هكذا أقضي بين من لم يرض بقضاء الله ورسوله “Seperti inilah aku memberikan keputusan kepada orang yang tidak ridha akan keputusan Alloh dan Rasul-Nya.” Setelah itu turunlah ayat di atas. [lihat Zaadul Masiir pada penjelasan surat An Nisaa ayat ke 60] Ayat yang ke tiga الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” QS An Nisaa 76 Az Zamakhsyari memberikan penjelasan berkaitan dengan ayat diatas “Alloh Ta’ala memberikan dorongan kepada kaum Mukminin dan menyemangati mereka dengan memberikan kabar kepada mereka bahwasanya mereka itu sedang berperang di jalan Alloh, maka Alloh-lah pelindung mereka dan penolong mereka. Sedangkan musuh mereka yang berperang di jalan syaiton, maka tidak ada wali bagi mereka kecuali syaiton. Tipu daya syaiton kepada kaum Mukminin itu lebih lemah di bandingkan dengan tipu daya Alloh terhadap orang-orang kafir.” [Al Kasyaf, 1/433 Maktabah Syamilah] Maka berdasarkan penjelasan Az Zamakhsyari di atas, makna kata toghut’ dalam ayat ini adalah syaiton. Ayat yang ke empat قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ “Katakanlah “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari orang-orang fasik itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan orang yang menyembah thaghut?”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” QS Al Maidah 60 Al Baghawi ketika menjelaskan kata-kata {“dan orang yang menyembah thaghut?”}, beliau mengatakan أي جعل منهم من عبد الطاغوت، أي أطاع الشيطان فيما سوّل له “Yaitu menjadikan bagian dari mereka, yaitu orang yang menyembah toghut’, yaitu orang yang mentaati apa yang di bujukkan syaiton kepadanya.” [Ma’alimu Tanzil, 3/75, Abu Muhammad Al Husain Ibnu Mas’ud Al Baghawi, dengan tahqiq Muhammad bin Abdullah, Utsman & Sulaiman Muslim, Dar Toybah Lin Nasyr wa Tauzi, Cet. Ke 4 Th. 1997] Sedangkan Ibnul Jauzi mengatakan “Yang di maksud dengan toghut’ dalam ayat ini ada dua pendapat, pertama maksudnya adalah berhala, dan yang ke dua maksudnya adalah syaiton.” [Zaadul Masiir 2/232 Maktabah Syamilah] Kita dapatkan dari penjelasan di atas bahwa makna toghut’ pada ayat ini adalah syaiton atau berhala. Ayat yang ke lima وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan “Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan rasul-rasul.” QS An Nahl 36 Sedangkan makna toghut’ pada ayat ini As Samarqandi menjelaskan “{dan jauhilah Thaghut itu} maksudnya adalah tinggalkanlah peribadatan kepada toghut’, yaitu syaiton, berhala, dan dukun,.” [Bahrul Ulum 2/464 Maktabah Syamilah] Asyinqiti mengartikan kata toghut’ berkaitan dengan ayat ini yaitu segala sesuatu yang di sembah selain dari pada Alloh. [lihat Adwaul Bayan pada penjelasan seputar ayat diatas] Maka lagi-lagi kita dapatkan makna toghut’ pada ayat ini adalah syaiton, berhala atau dukun. Dengan tambahan dari As Syinqiti makna secara umumnya adalah segala sesuatu yang di sembah selain dari pada Alloh. Ayat yang ke enam وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِ “Dan orang-orang yang menjauhi thaghut yaitu tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku.” QS Az Zumar 17 Pada ayat ini Ibnu Katsir memberikan penjelasan “Telah berkata Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari bapaknya {“Dan orang-orang yang menjauhi thaghut yaitu tidak menyembahnya”}, bahwa ayat ini turun khusus kepada Zaid bin Amr bin Nufail, Abu Dzar, dan Salman Al Farisi. Namun yang benar adalah bahwa ayat ini mencakup mereka bertiga dan orang-orang selain mereka yang menjauhi peribadatan kepada berhala. Maka merekalah orang-orang yang di berikan kabar gembira dalam kehidupan mereka di dunia dan di akhirat.” [Tafsirul Qur’anil Adhim 7/90 tahqiq Samiy bin Muhammad Salamah, Dar Toybah Lin Nasyr wa Tauzi cet. Ke 2 Th. 1999] Sedang As Syaukani menjelaskan makna toghut’ di sini adalah berhala syaiton, dukun atau peramal. Ada pula yang menjelaskan makna toghut di sini nama orang Ajam selain arab seperti nama Jalut dan Tolut. [lihat Fatkhul Qadir 6/227 Maktabah Syamilah] Tidak kita nafikan memang salah satu penafsiran kata thaghut’ di dalam Al Qur’an adalah pemimpin yang tidak berhukum dengan hukum Alloh’. atau orang yang tidak berhukum dengan hukum Alloh’. Namun akan menjadi lain persoalan jika semua kata thaghut” di dalamnya di maknakan dengan makna yang sama, apalagi di jadikan hujjah untuk keluar dari ketaatan kepada pemimpin hanya karena alasan tidak berhukum dengan hukum Alloh. Ini di karenakan tidak semua orang yang tidak berhukum dengan hukum Alloh bisa kita vonis dengan vonis kafir. [Abu Ruqoyyah] *** Mengenai seseorang yang berhukum dengan hukum selain hukum Alloh apakah boleh kita hukumi sebagai kafir atau bukan, silahkan lihat disini. Ilustrasi thaghut adalah, foto PixabaySecara umum thaghut adalah berhala atau segala sesuatu yang disembah selain Allah. Namun, thaghut memiliki makna dan bentuk yang sangat buku Ahlussunnah Wal Jamaah karya Fatih Syuhud, dalam Alquran Allah menyebut kata thaghut secara spesifik sebanyak delapan kali. Hal ini semakin menekankan bahwa thaghut merupakan salah satu dari perusakan akidah yang harus dihindari oleh umat Muslim.“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan “Sembahlah Allah saja, dan jauhilah thaghut." QS. An Nahl36Pada ayat tersebut, Allah memerintahkan manusia untuk menjauhi thaghut dan mengikuti ajaran yang dibawah oleh para Rasul. Untuk mengetahui lebih dalam soal thaghut, simak penjelasan di bawah Thaghut menurut Ulama TafsirIlustrasi thaghut adalah, foto PixabayMengutip jurnal ilmiah berjudul Konsep Thaghut dalam Al-Quran karya Andriansyah, thaghut adalah sebuah sifat yang menggambarkan penyembahan kepada selain Allah dalam berbagai bentuk. Sehingga thaghut tidak hanya mengacu pada berhala atau patung yang disembah, namun juga dapat mencakup manusia, jin, dan semakin memahami makna dari thaghut, akan dijabarkan pengertian thaghut menurut para ahli Tafsir berikut Pendapat Sayyid QuthbMenurut Sayyid Quthb, thaghut adalah segala sesuatu yang melampaui kesadaran, melanggar kebenaran, dan melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Allah kepada manusia. Lebih jauh beliau menyebutkan bahwa thaghut juga dapat diartikan sebagai paham, undang-undang, atau tradisi yang tidak berpijak pada syariat Pendapat M. Quraish ShihabM. Quraish Shihab berpendapat bahwa thaghut adalah sebuah perbuatan yang melampaui batas keburukan. Thaghut juga memiliki pengertian sebagai perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan Allah. Sehingga, makna thaghut juga dapat melekat pada seorang pemimpin yang berperilaku zalim kepada Pendapat Ibnu ManzurAllah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 51 yang berbunyi“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari al-kitab? Mereka percaya pada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang kafir musyrik mekah, bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman." QS. An-Nisa 51Menurut Ibnu Manzhur, makna thaghut yang terkandung dalam surat An-Nisa ayat 51 merujuk pada seorang pemimpin Nasrani yang kemudian dianggap sebagai Tuhan. Sehingga, orang-orang ahli kitab mengikuti dan tunduk pada setiap pada tafsir ayat tersebut, maka thaghut dapat diartikan sebagai seorang pemimpin yang tidak menjalankan perintah Allah. Serta menyesatkan pengikutnya dari akidah Pendapat Buya HamkaThaghut menurut Buya Hamka adalah pelanggar, yakni segala perbuatan yang tidak berdasar pada keimanan kepada Allah. Sehingga thaghut dapat berbentuk manusia yang didewakan, atau pemimpin yang ditakuti perintahnya, atau syaitan, atau berhala yang Pendapat Khairul GhazaliSedangkan menurut Khairul Ghazali, thaghut adalah sesuatu yang bersifat menyesatkan manusia dari menyembah Allah serta menjerumuskan manusia dalam kemaksiatan. Thaghut terbagi menjadi dua, yakniThaghut sebagai objek. Artinya mengacu pada sesuatu yang berperan menyesatkan manusia, seperti setan, berhala, dukun, dan tukang sebagai subjek. Maknanya adalah suatu perbuatan yang melanggar syariat dan bertujuan untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah, seperti ganja, riba, dan minuman saja contoh thaghut?Apa hukum mengingkari Allah?Bagaimana cara menahan diri dari thaghut? “dan sungguh-sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yg menyerukan; Sembahlah Allah serta jauhilah thaghut.” An-Nahl 36 Ayat tersebut membagikan bahwa pesan tersirat diutusnya para rasul adalah pada rangka mengajak umat mereka buat beribadah kepada Allah semata sesuatu yang disembah dan melarang berasal peribadatan kepada selain-Nya. Lihat al-Jami’ al-Farid lil Alaihi Salam’ilah wal Ajwibah fi Ilmi at-Tauhid, hal. 10 ketika mengambarkan kandungan ayat 36 berasal surat an-Nahl di atas Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata, “Ayat ini membagikan bahwa nasihat diutusnya para rasul merupakan agar mereka mendakwahi kaumnya untuk beribadah kepada Allah semata serta melarang dari beribadah kepada selain-Nya. Selain itu, ayat ini membagikan bahwa -tauhid- inilah agama para nabi serta rasul, walaupun syari’at mereka.” Lihat Fat-hul Majid, hal. 20 Adapun istilah thaghut, para ulama mengungkapkan bahwa thaghut mencakup segala sesuatu yg disembah selain Allah serta dia ridha dengannya. oleh sebab itu, sebagian salaf menafsirkan thaghut dengan dukun-dukun/paranormal, ada jua yg menafsirkan thaghut menggunakan setan. Imam Ibnu Qayyim rahimahullah memberikan pengertian yang relatif lengkap tentang thaghut. beliau berkata, bahwa thaghut ialah segala hal yg membuat seorang hamba melampaui batas menggunakan cara disembah, diikuti, atau ditaati. Demikian sebagaimana dinukil oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah. Lihat Fat-hul Majid, hal. 19 pada pada kalimat sembahlah Allah serta jauhilah thaghut’ terkandung itsbat penetapan serta nafi penolakan. yang dimaksud itsbat merupakan menetapkan bahwa ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah. serta yg dimaksud nafi merupakan menolak sesembahan selain Allah. ke 2 hal inilah yg menjadi utama dan pilar kalimat tauhid “laa ilaha illallah”. pada “laa ilaaha” terkandung nafi dan pada “illallah” terkandung itsbat. Sebagaimana dalam sembahlah Allah’ terkandung itsbat dan di kalimat jauhilah thaghut’ terkandung nafi. Lihat at-Tam-hiid, hal. 14 pada dalam kalimat jauhilah thaghut’ terkandung makna yang lebih pada daripada sekedar ucapan tinggalkanlah thaghut’. sebab pada dalamnya terkandung sikap meninggalkan syirik serta menjauhkan diri darinya. Lihat ad-Dur an-Nadhidh, hal. 11 pada pada kalimat jauhilah thaghut’ juga terkandung makna buat meninggalkan segala sarana yg mengantarkan kepada syirik. Lihat I’anatul Mustafid, 1/36 Ayat di atas -pada surat an-Nahl ayat 36- juga menyampaikan faidah kepada kita bahwasanya amal tidaklah sahih kecuali bila disertai dengan sikap berlepas diri dari peribadatan pada segala sesembahan selain Allah Ta’ala. Lihat Qurratu Uyunil Muwahhidin, hal. 4 Views 101 Previous post Tentang Hari Pembalasan 07/20/2022 Seluruh umat diutus kepada mereka seorang rasul mulai dari Nuh alaihis salam sampai dengan Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dengan perintah yang sama yaitu untuk beribadah kepada Allah saja dan larangan untuk beribadah kepada thagut. Dalilnya adalah firman Allah {وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ}“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan “Sembahlah Allah saja, dan jauhilah thaghut ” QS. An Nahl36“Allah mewajibkan seluruh makhluk untuk kufur mengingkari terhadap thagut dan beriman hanya kepada Allah”Allah Ta’ala juga berfirman لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْد مِن الْغَي فَمَن يَكْفُرْ بالطَّاغُوت وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انَفِصَام لَهَا وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “ QS. Al Baqarah256. Inilah makna Laa ilaaha ThagutPertama. Iblis laknatullahKedua. Barangsiapa yang disembah selain Allah dan dia Barangsiapa yang menyuruh manusia untuk menyembah Barangsiapa yang mengaku mengetahui ilmu Barangsiapa yang berhukum dengan hukum selain Allah.[2]. Kewajiban Kufur Terhadap ThagutPengertian ThagutSecara bahasa, kata thagut diambil dari kata طَغَى yang artinya melampaui batas. Allah Ta’ala berfirmanإِنَّا لَمـَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ“Sesungguhnya ketika air melampaui batas, Kami bawa kalian di perahu.” QS. Al-Haqqah11Secara istilah syar’i yaitu sebagaimana disampaikan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah thagut adalah segala sesuatu yang menyebabkan seorang hamba melebihi batasannya, baik itu sesuatu yang diibadahi, diikuti, atau ditaati. Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah menjelaskan bahwa thagut ada banyak. Thagut yang paling besar ada lima iblis –semoga Allah melaknatnya-, siapa saja yang dijadikan sesembahan dan dia ridho, barangsiapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya, barangsiapa yang mengetahui tentang ilmu ghaib, dan barangsiapa yang berhukum dengan hukum selain yang Allah turunkan.[1]Pertama. Iblis laknatullahIblis merupakan pimpinan thagut. Mengapa? Karena dia diibadahi, diikuti, dan sekaligus ditaati dan dia ridho dengan perbuatan tersebut. Allah Ta’ala berfirman أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَن لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan iblis? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu “ QS. Yasin60Kedua. Barangsiapa yang disembah selain Allah dan dia yang ridho dijadikan sesembahan selain Allah maka dia termasuk thagut, baik disembah ketika masih hidup maupun sesudah matinya. Dia ridho untuk dijadikan sesembahan dengan bentuk ibadah apapun. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala وَمَن يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِّن دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ“Dan barangsiapa di antara mereka mengatakan “Sesungguhnya Aku adalah Tuhan selain Allah”, maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim “ QS. Al Anbiya’29Tidak termasuk thagut seseorang yang dijadikan sesembahan dan dia tidak ridho dengan penyembahan tersebut. Misalnya seseorang yang menyembah Isa alaihis salam, maka orang tersebut telah menyembah thagut. Namun Isa alaihis sallam bukanlah thagut karena dia tidak ridho dengan penyembahannya tersebut, bahkan beliau Barangsiapa yang menyuruh manusia untuk menyembah yang menyuruh manusia untuk menyembah dirinya dengan jenis ibadah apapun baik ketika dia masih hidup maupun sudah mati maka dia termasuk thagut. Sama saja baik ada orang yang mau mengikuti seruannya maupun tidak. Thagut jenis ketiga ini lebih parah daripada yang kedua karena dia menyuruh dan mengajak orang untuk menyembah ini seperti perbuatan Fir’aun yang Allah kisahkan dalam Al Qur’an فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى“ Fir’aun berkata”Akulah tuhanmu yang paling tinggi “ QS. An Nazi’at24Termasuk juga perbuatan para ulama sufi yang memerintahkan pengikutnya untuk beribadah kepada Barangsiapa yang mengaku mengetahui ilmu yang mengaku mengetahui ilmu ghaib yang mutlak maka dia termasuk thagut. Tidak ada yang mngetahui ilmu ghaib yang mutlak kecuali hanya Allah semata. Yang dimaksud ilmu ghaib yang mutlak adalah perkara-perkara ghaib yang hanya diketahui oleh Allah saja, seperti ilmu tentang umur dan ajal seseorang, ilmu tentang hari kiamat, ilmu tentang nasib seseorang di akherat, dan sebagainya. Allah Ta’ala berfirman إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ“Sesungguhnya hanya di sisi Allah sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok . Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengetahui” QS. Luqman34قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ“Katakanlah “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. “ QS. An Naml65.عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَداً إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَداً“Dia adalah Tuhan Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga malaikat di muka dan di belakangnya. “ QS. Al Jin 26-27Maka termasuk thagut jenis ini adalah para dukun, paranormal, dan tukang sihir yang mengaku mengetahui ilmu Barangsiapa yang berhukum dengan hukum selain perincian permasalahan tentang berhukum dengan hukum selain Allah. Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah berkata, “Orang yang berhukum dengan hukum selain yang Allah turunkan ada empat keadaanOrang yang mengatakan, “Saya berhukum dengannya karena lebih baik daripada syari’at Islam”, maka hukumnya kufur yang mengatakan, “Saya berhukum dengannya karena hukum tersebut sama/setara dengan syari’at Islam, maka berhukum dengannya boleh dan berhukum dengan syari’at Islam juga boleh”, maka hukumnya juga kufur yang mengatakan, “Saya berhukum dengannya sedangkan berhukum dengan syari’at Islam lebih afdhol, akan tetapi boleh berhukum dengan selain apa yang Allah turunkan”, maka hukumnya juga kufur yang mengatakan, “Saya berhukum dengannya” . Namun dia meyakini bahwa tidak boleh berhukum dengan selain apa yang Allah turunkan, dan dia menyatakan bahwa berhukum dengan syari’at Islam lebih afdhol serta tidak boleh berhukum dengan selainnya, akan tetapi dia bermudah-mudah dan meremehkan dalam melakukan maksiat atau dia melakukannya karena perintah dari pemerintahnya. Yang demikian ini hukumnya kufur asghar yang tidak mengeluarkannya dari Islam namun termasuk perbuatan dosa besar yang paling besar”[2]Kami nukilkan juga fatwa yang dikeluarkan oleh Al Lajnah Daimah li Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta pada pertanyaan kesebelas dari Fatwa No Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah, apakah dia seorang muslim atau kafir dengan kufur akbar? Dan apakah diterima amal perbuatannya?Jawab Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga, dan para Ta’ala berfirman وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” QS. Al Maidah44وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ“Barangsiapa tidak berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim” QS. Al Maidah45وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ“Barangsiapa tidak berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik“ QS. Al Maidah47Jika orang tersebut menghalalkan berhukum dengan hukum selain Allah dan meyakini kebolehannya, maka dihukumi kafir akbar, zalim akbar, dan fasik akbar yang mengeluarkannya dari Islam. Adapun jika dia melakukannya karena untuk menyuap atau maksud lainnya, sementara dia meyakini haramnya berhukum dengan hukum selain Allah, maka dia telah berbuat dosa dan dihukumi kafir asghar, zalim asghar, dan fasik asghar yang tidak mengeluarkannya dari Islam. Inilah yang dijelaskan oleh para ulama tentang tafsir ayat-ayat di atas. Dikeluarkan oleh Komisi Penelitian Ilmiah dan Penerbitan Fatwa Abdullah bin Ghudayan, Abdur Razzaq Afifi, Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz.[3]Maka, penting untuk diketahui bahwa berhukum dengan hukum selain Allah tidak otomatis dihukumi kafir dan tidak serta merta pelakunya keluar dari lima gembong thagut di atas tidak membatasi bahwa thagut terbatas hanya lima saja. Namun yang disebutkan hanya sekedar contoh thagut yang paling banyak saja.[2]. Kewajiban Kufur Terhadap ThagutDalam surat Al Baqarah 256 di atas Allah memerintahkan untuk kufur terhadap thagut. Yang dimaksud kufur terhadap thagut mencakup tiga makna Meyakini batilnya peribadatan kepada selain AllahMeninggalkan dan membenci peribadatan kepada selain AllahMengkafirkan pelakunya dan membencinya.[4]Kufur terhdap thagut termasuk salah satu makna dari rukun Laa ilaaha illallah yaitu menafikan peribadatan selain Allah. Firman Allah فَمَن يَكْفُرْ بالطَّاغُوت merupakan peniadaan peribadatan selain Allah, sedangkan firman-Nya وَيُؤْمِن بِاللّهِ menetapkan bahwa peribadatan hanya untuk Allah semata. Inilah makna Laa ilaaha Allah Ta’ala memberikan taufiq-Nya kepada kita untuk senantiasa mentauhidkan Allah dan kufur terhadap thagut. Upaya terpenting untuk mendapatkannya adalah dengan senantiasa mempelajari dan mengamalkan tauhid serta menyebarkan dakwah tauhid kepada bermanfaat. Wallahu a’lam.—Penulis dr. Adika MianokiArtikel Lihat Tsalatsatul Ushuul[2] Qadhiyatut Takfir Baina Ahlis Sunnah wal Firaq Adh Dhulal 72. Lihat tulisan berjudul Aqwalul Ulama` AsSalafiyyin AlQa`iliina bit Tafshil fii Hukmi man Hakkama Al Qawanindi situs Lihat Aqwaalul Ulama` AsSalafiyyin Al Qaa`iliina bit Tafshil fii Hukmi man Hakkama Al Qawanin[4] Lihat Taisirul Wushuul 184

sembahlah allah dan jauhilah thaghut