Organisasiharus menentukanmetoda indentifikasi bahaya yang akan di alakuakan dengan memprtimbangkan beberapa aspek anatara lain: 1. Lingkup identifikasi bahaya yang di lakukan ,misalanya meliputi seluruh bagian,proses atau peralatan Secaraumum ada 3 faktor utama yang yang yaitu ; Bahan baku (raw material), Keseimbangan formula (resep) dan proses produksi. Dalam kesempatan ini akan di bahas 2 hal besar (major) yang sering kali terjadi di Industri roti yaitu penggunaan bahan baku dan proses produksi. PotensiBahaya Dan Penilaian Resiko Pada Proses Pembuatan Roti Kecik Di Perusahaan Roti Ganep's Surakarta" dapat diselesaikan. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Ahli Madya pada program studi Diploma III Manajemen Bisnis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta. Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. Cahaya Nikmah Bakery merupakan salah satu produsen roti di Samarinda. Dalam kegiatan produksinya CN Bakery tidak terlepas dari kendala atau risiko yang terjadi. Dalam menanggulangi hal tersebut maka diperlukan manajemen risiko untuk membantu mengidentifikasi dan mengelola risiko. Metode yang digunakan merupakan kombinasi antara metode Analytic Network Process ANP dan Weighted Failure Mode and Effect Analysis WFMEA. Berdasarkan hasil identifikasi risiko, didapatkan 20 kejadian risiko yang berasal dari 5 faktor risiko yaitu 5 risiko dari penyediaan bahan baku, 6 risiko dari produksi, 3 risiko dari pengemasan, 3 risiko dari pengiriman, dan 3 risiko dari pengembalian. Berdasarkan pengolahan data menggunakan ANP, didapatkan bobot yaitu faktor penyediaan bahan baku sebesar 0,26817, faktor pengiriman sebesar 0,26665, faktor produksi sebesar 0,21705, faktor pengemasan 0,20023 dan faktor pengembalian sebesar 0,0479. Kemudian, berdasarkan pengolahan data menggunakan WFMEA didapatkan nilai WRPN tertinggi yaitu pada faktor risiko penyediaan bahan baku dan faktor risiko produksi sehingga perlu dimitigasi. Kemudian, didapatkan strategi mitigasi yaitu pengawasan kualitas bahan baku, perbaikan teknik penyimpanan, penambahan alat pendeteksi dan pengontrol suhu dan kelembaban pada ruangan, menjaga kualitas produk, menjalin kemitraan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, melakukan pemeliharaan mesin secara berkala, penggunaan mesin pengganti pembangkit listrik, dan melakukan penyediaan spare part mesin. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 111 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia INFO ARTIKEL Jejak Artikel Upload artikel 15 Juni 2020 Revisi dari reviewer 22 Februari 2021 Publish 30 Maret 2021 Kata Kunci Manajemen Risiko, Analytic Network Process, Weighted Failure Mode and Effect Analysis, Weighted Risk Priority Number Cahaya Nikmah Bakery merupakan salah satu produsen roti di Samarinda. Dalam kegiatan produksinya CN Bakery tidak terlepas dari kendala atau risiko yang terjadi. Dalam menanggulangi hal tersebut maka diperlukan manajemen risiko untuk membantu mengidentifikasi dan mengelola risiko. Metode yang digunakan merupakan kombinasi antara metode Analytic Network Process ANP dan Weighted Failure Mode and Effect Analysis WFMEA. Berdasarkan hasil identifikasi risiko, didapatkan 20 kejadian risiko yang berasal dari 5 faktor risiko yaitu 5 risiko dari penyediaan bahan baku, 6 risiko dari produksi, 3 risiko dari pengemasan, 3 risiko dari pengiriman, dan 3 risiko dari pengembalian. Berdasarkan pengolahan data menggunakan ANP, didapatkan bobot yaitu faktor penyediaan bahan baku sebesar 0,26817, faktor pengiriman sebesar 0,26665, faktor produksi sebesar 0,21705, faktor pengemasan 0,20023 dan faktor pengembalian sebesar 0,0479. Kemudian, berdasarkan pengolahan data menggunakan WFMEA didapatkan nilai WRPN tertinggi yaitu pada faktor risiko penyediaan bahan baku dan faktor risiko produksi sehingga perlu dimitigasi. Kemudian, didapatkan strategi mitigasi yaitu pengawasan kualitas bahan baku, perbaikan teknik penyimpanan, penambahan alat pendeteksi dan pengontrol suhu dan kelembaban pada ruangan, menjaga kualitas produk, menjalin kemitraan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, melakukan pemeliharaan mesin secara berkala, penggunaan mesin pengganti pembangkit listrik, dan melakukan penyediaan spare part MATRIK Jurnal Manajemen dan Teknik Industri-ProduksiJournal homepage Analisis Strategi Mitigasi Risiko Pada Usaha Pembuatan Roti Annisa Fitri Koespratiwi1*, Deasy Kartika Rahayu2, H. Dharma Widada3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman Jl. Sambaliung Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119, Kalimantan Timur, Indonesia annisafitr59 deasykartika Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 112 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia 1. Pendahuluan Roti adalah salah satu jenis pangan olahan yang merupakan hasil proses pemanggangan dari adonan yang telah difermentasikan. Roti saat ini dapat dikatakan hampir menggantikan posisi nasi sebagai sumber karbohidrat. Konsumsi roti per tahun terus mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 2014, untuk konsumsi setahun roti tawar sebesar satuan bungkus kecil dan pada tahun 2018 meningkat sebesar Sementara, untuk jenis roti manis/roti lainnya, konsumsi pada tahun 2014 sebesar ons dan mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebesar ons Kementerian Pertanian, 2018. CN Bakery atau Cahaya Nikmah Bakery adalah salah satu dari sekian banyak produsen roti di Kota Samarinda. Usaha roti CN Bakery sendiri telah beroperasi sejak tahun 2015 dan berlokasi di Jalan Tani Subur, Kelurahan Tani Aman, Kecamatan Loa Janan Ilir. CN Bakery memproduksi 3000 sampai 4000 roti per hari dan dapat menghabiskan 200 kilogram tepung terigu sebagai bahan dasar pembuatan roti. Dalam produksinya, CN Bakery dibantu oleh total 20 karyawan. Roti yang diproduksi terdiri dari beberapa macam antara lain roti tawar, roti gulung pisang, roti gulung cokelat, roti gulung srikaya, dan roti gulung keju. CN Bakery mendistribusikan produknya tidak hanya untuk daerah Samarinda, melainkan beberapa daerah lainnya seperti Tenggarong, Balikpapan, Melak, Belayan, Sangatta, Wahau, dan Sangkulirang. Proses distribusi ini dilakukan sendiri oleh CN Bakery. CN Bakery juga menerapkan sistem return bagi produk roti yang tidak habis terjual. Dalam kegiatan produksinya CN Bakery tentu tidak terlepas dari kendala atau risiko seperti pada ketersediaan bahan baku yang tidak menentu, hasil produksi roti gosong, terlambatnya pengiriman ke beberapa daerah, dan roti yang tidak habis terjual. Kendala atau risiko perlu dilakukan pengelolaan karena apabila risiko tersebut tidak dikelola dengan baik maka dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan di kemudian hari. Oleh karena itu diperlukan tindakan manajemen risiko untuk membantu mengidentifikasi dan mengelola risiko. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengelola risiko dengan menggunakan kombinasi antara metode Analytic Network Process ANP dan Weighted Failure Mode and Effect Analysis WFMEA. Tujuan penggunaan metode ANP yaitu dapat menangkap interaksi ketergantungan yang tinggi antar jenis risiko dan faktor risiko yang mempengaruhi dalam meningkatkan manajemen risiko, sehingga dapat ditentukan prioritas risiko dan pilihan alternatif pengendalian risiko yang akurat untuk membuat keputusan yang lebih baik Simanjuntak, 2013 dalam Aini, dkk, 2014. Hasil yang didapatkan dari ANP berupa identifikasi bobot risiko yang paling berpengaruh. Pada tahap selanjutnya untuk mengkalkulasikan bobot dari tiap risiko dan hubungannya dengan mitigasi risiko, digunakan integrasi antara metode ANP dan FMEA. Tahapan ini menggunakan suatu pendekatan baru yaitu Weighted Failure Mode and Effect Analysis WFMEA. Bobot yang didapatkan dari hasil identifikasi risiko melalui ANP digunakan sebagai bobot pengali untuk menghasilkan penilaian Weighted Risk Priority Number WRPN. Hasil dari WRPN menunjukkan keseriusan dari kegagalan potensial[1]. Berdasarkan dari permasalahan diatas, penulis akan meneliti risiko apa saja yang terjadi dan risiko prioritas untuk ditangani dengan kemudian merancang strategi mitigasi pada Cahaya Nikmah Bakery dengan menggunakan Metode Analytic Network Process ANP dan Weighted Failure Mode and Effect Analysis WFMEA. 2. Tinjauan Pustaka Risiko Risiko risk dapat didefinisikan sebagai peluang terjadinya kejadian yang merugikan yang diakibatkan adanya ketidakpastian uncertainty dari apa yang akan dihadapai. Ketidakpastian adalah suatu potensi perubahan yang akan terjadi di masa datang sebagai konsekuensi dari ketidakmampuan untuk mengetahui apa yang akan terjadi, bila suatu aktivitas dilakukan saat ini, menegaskan bahwa sangat penting menempatkan uncertainty ketidakpastian sebagai titik awal dalam manajemen risiko[2]. Manajemen Risiko Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, pengukuran dan kontrol keuangan dari risiko yang mengancam asset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 113 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan. Manajemen risiko juga merupakan cara dalam mengorganisasikan suatu risiko yang akan dihadapi, baik sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau yang tidak terpikirkan, yaitu dengan memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko juga bisa disebut suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Oleh karena itu, melalui manajemen risiko, kerugian yang ditimbulkan dari ketidakpastian dapat dikurangi, bahkan dihilangkan[3]. Diagram Alir Flowchart Diagram alir flowchart adalah diagram yang menggambarkan urutan instruksi proses dan hubungan satu proses dengan proses lainnya menggunakan simbol-simbol tertentu. Diagram alir digunakan sebagai alat bantu komunikasi dan dokumentasi[4]. Selain itu, flowchart adalah representasi secara simbolik dari suatu algoritma atau prosedur untuk menyelesaikan suatu masalah, dengan menggunakan flowchart akan memudahkan pengguna melakukan pengecekan bagian-bagian yang terlupakan dalam analisis masalah, disamping itu flowchart juga berguna sebagai fasilitas untuk berkomunikasi antara pemrogram yang bekerja dalam tim suatu proyek. Flowchart membantu memahami urutan-urutan logika yang rumit dan panjang[5]. Analytic Network Process ANP Analytic Network Process ANP merupakan teori matematis yang mampu menganalisa pengaruh dengan pendekatan asumsi-asumsi untuk menyelesaikan bentuk permasalahan. ANP sebagai suatu pendekatan alternatif baru untuk studi kualitatif yang dapat mengkombinasikan nilai-nilai intangible dan judgement subjective dengan data-data statistik dan faktor-faktor tangible lainnya. Metode ini digunakan dalam bentuk penyelesaian dengan pertimbangan atas penyesuaian kompleksitas masalah disertai adanya skala prioritas yang menghasilkan pengaruh prioritas terbesar. ANP merupakan generalisasi dari Analytic Hierarchy Process,dengan mempertimbangkan ketergantungan antara unsur-unsur dari hirarki. Banyak masalah keputusan tidak dapat terstruktur secara hirarkis karena mereka melibatkan interaksi dan ketergantungan unsur-unsur tingkat yang lebih tinggi dalam hirarki di elemen level yang lebih rendah[6]. Failure Mode and Effects Analysis FMEA FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan. FMEA digunakan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan, efek yang ditimbulkan pada operasi dari produk dan mengidentifikasi aksi untuk mengatasi masalah tersebut. FMEA merupakan teknik analisis yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi, memprioritaskan, dan mengeleminiasi kegagalan potensial dari sistem, desain, dan proses sebelum sampai ke konsumen. FMEA pada akhirnya akan menghasilkan perhitungan RPN. Ketika semakin tinggi nilai RPN, semakin tinggi kebutuhan untuk mengambil suatu tindakan penanggulangan[7]. Risk Priority Number RPN merupakan hasil perkalian severity S, occurrence O, dan detection D. a. Severity Severity adalah sebuah penilaian pada tingkat keseriusan suatu efek atau akibat dari potensi kegagalan pada suatu komponen yang berpengaruh pada suatu hasil kerja mesin yang dianalisa/diperiksa b. Occurence Occurrence adalah sebuah penilaian dengan tingkatan tertentu yang mengacu pada beberapa frekuensi terjadinya cacat. Nilai frekuensi kegagalan menunjukan keseringan suatu masalah yang terjadi akibat potential cause c. Detection Detection adalah sebuah penilaian yang juga memiliki tingkatan seperti halnya severity dan occurrence. Penilaian tingkat detection sangat penting dalam menemukan potensi penyebab mekanis yang menimbulkan kerusakan serta tindakan perbaikannya Risk Priority Number RPN merupakan hasil perkalian severity S, occurrence O, dan detection D. Perhitungan RPN dapat dilakukan dengan menggunakan rumus persamaan RPN = S × O × D .................................. 1 Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 114 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia 𝑑engan S= keparahan severity, 𝑂= kejadian occurence, dan 𝐷= deteksi detection Weighted Failure Mode and Effects Analysis FMEA Metode ini merupakan pengembangan dari model FMEA. Secara umum metode ini bertujuan memperoleh penilaian yang lebih akurat setelah mengagregasikan hubungan antara faktor risiko yang telah dihitung bobot prioritasnya. Penilaian FMEA secara umum dilakukan dengan menggunakan nomor prioritas risiko/risk priority number RPN. Metode WFMEA menggunakan suatu penilaian berbobot untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan berkesinambungan dari tahapan penilaian risiko sebelumnya[1]. Bobot pada masing-masing risiko dapat dihitung dengan menggunakan rumus penghitungan WRPN dengan rumus persamaan WRPNn = Si × Oi × Di × 𝑓𝑊𝑖 = RPNn × 𝑓𝑊𝑖 .................................. 2 𝑑engan 𝑆𝑖 = keparahan severity, 𝑂𝑖= kejadian occurence, 𝐷𝑖= deteksi detection, dan 𝑓𝑊𝑖 = bobot. Nilai output variabel yaitu WRPN digunakan untuk mewakili prioritas pada tindakan koreksi dengan skala 1–250, yang dikategorikan ke dalam lima kelas interval yang digambarkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Identifikasi risiko Sumber Aini, dkk 2014 Metodologi Penelitian Pada penelitian ini terdapat beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahap analisis dan pembahasan serta tahap penutup. Pada tahap persiapan, dilakukan identifikasi masalah. Identifikasi permasalahan dapat dilakukan setelah didapatkan permasalahan yang diteliti, dalam tahap penelitian ini sudah mulai diketahui studi literatur berdasarkan metode yang digunakan. Pada tahap pengumpulan data, data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan dua metode. Pada metode pertama yaitu Analytic Network Process ANP digunakan untuk memperoleh bobot dari setiap jenis risiko dan faktor risiko. Metode kedua yaitu Weighted Failure Mode Analysis WFMEA digunakan untuk menentukan prioritas risiko. Pada tahap analisis dan pembahasan, dilakukan analisis risiko yang mungkin terjadi pada seluruh kegiatan baik kegiatan mulai dari penyediaan bahan baku sampai pengembalian. analisis mengenai risiko yang paling prioritas untuk ditangani serta analisis strategi mitigasi yang perlu dilakukan sebagai upaya preventif dan represif. 3. Hasil dan Pembahasan Flowchart Kegiatan Data yang telah diperoleh dari wawancara selanjutnya diubah dalam bentuk flowchart untuk mempermudah proses identifikasi risiko. Penggunaan flowchart yaitu untuk menggambarkan setiap proses yang terjadi pada setiap kegiatan mulai penyediaan bahan baku hingga pengembalian. Flowchart CN Bakery dapat dilihat pada Gambar 1. MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 115 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Gambar 1. Flowchart kegiatan Gambar 2. Flowchart kegiatan lanjutan Identifikasi Risiko Berdasarkan uraian kegiatan dari setiap proses yang telah dijabarkan dalam bentuk diagram alir flowchart pada tahap sebelumnya, dilakukan identifikasi risiko yang ada pada usaha CN Bakery. Identifikasi risiko tersebut diperoleh dari wawancara dengan pemilik. Hasil identifikasi risiko tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Identifikasi risiko Kualitas bahan baku kurang baik Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan Harga bahan baku fluktuatif Ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok Kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima Hasil produksi roti gosong Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai Roti kurang mengembang saat proses pengembangan Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 116 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Tabel 2. Identifikasi risiko lanjutan Pencetakan label kurang baik Kerusakan pada plastik kemasan Kerusakan pada alat bantu pengemasan Keterlambatan pengiriman produk Kerusakan produk dan kemasan pada saat pengiriman Tempat pengiriman sulit dijangkau Berdasarkan Tabel 2 maka dapat diketahui bahwa terdapat 20 kejadian risiko dengan berasal dari 5 faktor risiko yaitu dengan 5 risiko berasal dari kegiatan penyediaan bahan baku, 6 risiko berasal dari kegiatan produksi, 3 risiko berasal dari kegiatan pengemasan, 3 risiko berasal dari kegiatan pengiriman, dan 3 risiko berasal dari kegiatan pengembalian atau return. Penentuan Kriteria dan Subkriteria Pada tahap awal penelitian ini diperlukan kriteria-kriteria yang digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan risiko. Selain kriteria, terdapat sub atau bagian dari kriteria yaitu subkriteria. Pada penelitian ini kriteria dan subkriteria dengan menggunakan faktor risiko dan risiko yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Terdapat 5 kriteria dan 20 subkriteria yang digunakan yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria dan subkriteria Kualitas bahan baku kurang baik Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan Harga bahan baku fluktuatif Ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok Kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima Hasil produksi roti gosong Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai Roti kurang mengembang saat proses pengembangan Tabel 3. Kriteria dan subkriteria lanjutan Pencetakan label kurang baik Kerusakan pada plastik kemasan Kerusakan pada alat bantu pengemasan Keterlambatan pengiriman produk Kerusakan produk dan kemasan pada saat pengiriman Tempat pengiriman sulit dijangkau Hubungan Keterkaitan Antar Kriteria dan Subkriteria Setelah dilakukan penentuan kriteria dan subkriteria sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan prioritas, selanjutnya ditentukan hubungan keterkaitan antar kriteria dan subkriteria dengan melakukan pengisian kuesioner. Responden selaku pemilik usaha melakukan pengisian kuesioner hubungan keterkaitan. Adapun hasil kuesioner penentuan hubungan keterkaitan antar kriteria dan subkriteria dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Jaringan hubungan keterkaitan Perbandingan Berpasangan antar Kriteria dan Subkriteria Berdasarkan hubungan keterkaitan antar kriteria dan subkriteria pada tahap pengumpulan data sebelumnya, maka MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 117 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia selanjutnya dapat dilakukan perbandingan berpasangan. Kriteria-kriteria tersebut dibandingkan secara berpasangan antar kriteria dan subkriteria yang saling berkaitan untuk mendapatkan kriteria atau risiko mana yang memiliki tingkat kepentingan tinggi. Perbandingan dilakukan dengan menggunakan skala perbandingan yang ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai perbandingan kriteria Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding elemen yang lain Elemen yang satu lebih penting dibanding elemen yang lain Elemen yang satu sangat lebih penting dibanding elemen yang lain Elemen yang satu mutlak lebih penting dibanding elemen yang lain Nilai-nilai kompromi diantara dua nilai yang berdekatan Penilaian Risiko Berdasarkan pada tahap pengumpulan data yang telah dilakukan sebelumnya yaitu identifikasi risiko yang terdapat pada Tabel 1, selanjutnya risiko-risiko yang telah diidentifikasi tersebut kemudian diberikan penilaian terhadap tiga hal yaitu penilaian tingkat keparahan dampak yang dapat terjadi atau severity S, penilaian kemungkinan terjadinya suatu risiko atau occurence O, dan penilian bagaimana pemilik usaha dapat mengatasi risiko tersebut atau detection D. Berdasarkan skala penilaian yang didapatkan dari studi literatur sebelumnya, kemudian akan diperoleh masing-masing nilai S, O dan D yang selanjutnya dilakukan perhitungan nilai RPN dengan cara melakukan perkalian antara setiap komponen S, O dan D. Hasil perolehan penilaian pada kuesioner oleh responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil penilaian risiko Kualitas bahan baku kurang baik A1 Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan A2 Harga bahan baku fluktuatif A3 Ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok A4 Kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima A5 Hasil produksi roti gosong B1 Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai B2 Roti kurang mengembang saat proses pengembangan B3 Proses produksi tertunda B4 Pencetakan label kurang baik C1 Kerusakan pada plastik kemasan C2 Kerusakan pada alat bantu pengemasan C3 Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 118 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Keterlambatan pengiriman produk D1 Kerusakan produk dan kemasan pada saat pengiriman D2 Tempat pengiriman sulit dijangkau D3 Roti tidak habis terjual E1 Pembatalan pemesanan E2 Pesaing supplier roti E3 Matriks limit Matriks limit merupakan hasil matriks akhir yang diperoleh dengan menggunakan Software Super Decisions. Matriks limit digunakan sebagai bobot untuk tiap kriteria maupun subkriteria. Matriks limit akan didapatkan dengan beberapa tahapan yaitu mencari inconsistency ratio, matriks tidak tertimbang unweighted matrix dan matriks tertimbang weighted matrix terlebih dahulu. Pencarian inconsistency ratio digunakan untuk mengetahui penilaian yang telah diberikan dari responden telah konsisten atau tidak. Keputusan yang dapat diandalkan merupakan keputusan yang memiliki konsistensi yang baik. Keputusan dinilai konsisten apabila nilai inconsistency ratio tidak mencapai nilai 0,1. Pada penelitian ini nilai inconsistency ratio pada matriks tidak ada yang mencapai 0,1, hal ini menunjukkan bahwa penilaian yang didapatkan dari responden telah konsisten atau dapat diandalkan. Setelah didapatkan matriks limit untuk tiap risiko kemudian dilakukan penjumlahan limit pada tiap faktor yang akan digunakan sebagai komponen pengali pada tahap selanjutnya. Hasil rekapitulasi matriks limit dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi matriks limit Faktor Penyediaan Bahan Baku A Kualitas bahan baku kurang baik A1 Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan A2 Harga bahan baku fluktuatif A3 Ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok A4 Kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima A5 Hasil produksi roti gosong B1 Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai B2 Roti kurang mengembang saat proses pengembangan B3 Proses produksi tertunda B4 Pencetakan label kurang baik C1 Kerusakan pada plastik kemasan C2 Kerusakan pada alat bantu pengemasan C3 MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 119 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Keterlambatan pengiriman produk D1 Kerusakan produk dan kemasan pada saat pengiriman D2 Tempat pengiriman sulit dijangkau D3 Roti tidak habis terjual E1 Pembatalan pemesanan E2 Pesaing supplier roti E3 Sumber Hasil Pengolahan Data 2019 Berdasarkan pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa faktor yang memiliki limit atau bobot tertinggi yaitu pada bobot faktor penyediaan bahan baku yaitu sebesar 0,26817, kemudian faktor pengiriman pada peringkat kedua tertinggi yaitu dengan bobot sebesar 0,26665, selanjutnya faktor produksi pada peringkat ketiga dengan bobot sebesar 0,21705, faktor pengemasan pada peringkat keempat dengan bobot sebesar 0,20023 dan faktor pengembalian pada peringkat akhir dengan bobot sebesar 0,0479. Dari nilai limit atau bobot tersebut dapat diketahui bahwa faktor penyediaan bahan baku memiliki tingkat kepentingan atau prioritas yang paling tinggi dibandingkan dengan faktor lainnya. Urutan prioritas faktor risiko dari yang tertinggi yaitu faktor penyediaan bahan baku, kemudian faktor pengiriman, faktor produksi, faktor pengemasan, dan faktor pengembalian. Risk Priority Number RPN Pada tahap pengumpulan data telah dilakukan sebelumnya, didapatkan data penilaian risiko menggunakan kuesioner dari responden. Kemudian, data penilaian tersebut dilakukan kalkulasi untuk setiap risikonya dengan cara mengalikan antara severity S, occurence O, dan detection D yang disebut Risk Priority Number RPN. Perhitungan RPN dilakukan pada setiap risiko dan kemudian dilakukan kalkulasi penjumlahan RPN untuk setiap faktor. Nilai RPN menunjukkan nilai prioritas tertinggi dari faktor risiko. Hasil perhitungan RPN dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil perhitungan Risk Priority Number RPN Kualitas bahan baku kurang baik A1 Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan A2 Harga bahan baku fluktuatif A3 Ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok A4 Kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima A5 Hasil produksi roti gosong B1 Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai B2 Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 120 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Roti kurang mengembang saat proses pengembangan B3 Proses produksi tertunda B4 Pencetakan label kurang baik C1 Kerusakan pada plastik kemasan C2 Kerusakan pada alat bantu pengemasan C3 Keterlambatan pengiriman produk D1 Kerusakan produk dan kemasan pada saat pengiriman D2 Tempat pengiriman sulit dijangkau D3 Roti tidak habis terjual E1 Pembatalan pemesanan E2 Pesaing supplier roti E3 Sumber Hasil Pengolahan Data 2019 Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa nilai RPN dari yang tertinggi yaitu dari faktor produksi sebesar 1006, faktor pengembalian sebesar 966, faktor penyediaan bahan baku sebesar 893, faktor pengemasan sebesar 375, dan kemudian faktor pengiriman sebesar 352. Dari hasil perhitungan nilai RPN tertinggi dapat diketahui bahwa faktor risiko tersebut merupakan faktor risiko prioritas untuk ditangani. Urutan faktor risiko berdasarkan tingkat prioritasnya yaitu dari faktor produksi, kemudian faktor pengembalian, kemudian faktor penyediaan bahan baku, kemudian faktor pengemasan dan faktor pengiriman. Weighted Risk Priority Number WRPN Perhitungan Weighted Risk Priority Number WRPN dilakukan dengan mengalikan RPN dengan bobot atau matriks limit yang telah didapatkan sebelumnya dengan menggunakan metode Analytic Network Process ANP. Dari hasil perhitungan WRPN tesebut dapat diketahui faktor risiko tertinggi serta upaya pengendalian yang dilakukan berdasarkan Tabel 1. Hasil perhitungan WRPN dapat dilihat pada Tabel 8. MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 121 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Tabel 8. Hasil perhitungan Weighted Risk Priority Number WRPN Berdasarkan hasil perhitungan Weighted Risk Priority Number WRPN pada Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa faktor risiko penyediaan bahan baku memiliki nilai WRPN sebesar 240,1724 dan faktor risiko produksi memiliki nilai WRPN sebesar 218,5233. Dari perolehan nilai tersebut, kedua faktor risiko tersebut diperlukan tindakan pengendalian berupa mitigasi. Sementara, untuk faktor risiko pengemasan dengan nilai WRPN sebesar 74,44875, faktor risiko pengiriman dengan nilai WRPN sebesar 94,02524 dan faktor risiko pengembalian dengan nilai WRPN sebesar 46,54188 yaitu dilakukan tindakan pengendalian berupa menerima. Alternatif Strategi Mitigasi Pada tahap sebelumnya telah diketahui bahwa faktor risiko yang perlu untuk dimitigasi yaitu faktor risiko penyediaan bahan baku dan faktor risiko produksi. Mitigasi risiko dilakukan dengan menyusun strategi untuk mengurangi dampak yang diakibatkan. Untuk menyusun strategi mitigasi, faktor risiko yang terpilih tersebut dilakukan breakdown untuk mengetahui potential effect of failure, potential cause of failure, dan detection atau current control dari setiap risiko. Dari hasil breakdown dari setiap risiko tersebut dilakukan penentuan alternatif strategi mitigasi risiko. Penentuan strategi mitigasi dilakukan sebagai upaya preventif maupun represif dari setiap faktor risiko dengan mengacu pada setiap risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya. alternatif strategi mitigasi risiko tidak bersifat mutually exclusive yang memungkinkan saling berkolerasi. Dalam satu alternatif dapat menyelesaikan tidak hanya satu risiko. Kemudian, didapatkan 9 alternatif strategi mitigasi. Pertama, pengawasan kualitas bahan baku yang berdasarkan pertimbangan dari 5 uraian potential cause dan 6 uraian failure mode. Kedua, perbaikan teknik penyimpanan yang berdasarkan dari 1 uraian potential cause dan 1 uraian failure mode. Ketiga, penambahan alat pendeteksi dan pengontrol suhu dan kelembaban pada ruangan yang berdasarkan dari 2 uraian potential cause dan 3 uraian failure mode. Keempat, yang berdasarkan dari 2 uraian potential cause dan 1 uraian failure mode. Kelima, yang berdasarkan dari 2 uraian potential cause dan 1 uraian failure mode. Keenam, yang berdasarkan dari 2 uraian potential cause dan 2 uraian failure mode. Ketujuh, yang berdasarkan dari 3 uraian potential cause dan 2 uraian failure mode. Kedelapan, yang berdasarkan dari 1 uraian potential cause dan 1 uraian failure mode. Dan kesembilan, yang berdasarkan dari 1 uraian potential cause dan 1 uraian failure mode 1. Adapun penjabaran alternatif strategi mitigasi risiko yang telah ditentukan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Alternatif strategi mitigasi Alternatif Mitigasi Risiko Pengawasan kualitas bahan baku − Kondisi kemasan bahan baku kurang baik − Kurangnya standar kualitas pada supplier − Kurangnya pengawasan kualitas bahan baku − Kualitas bahan baku kurang baik − Kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima − Hasil produksi roti gosong − Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 122 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia − Kurangnya melakukan pengecekan kuantitas produk saat pembelian/tiba − Kualitas bahan baku kurang baik − Roti kurang mengembang saat proses pengembangan − Proses produksi tertunda Perbaikan teknik penyimpanan − Teknik penyimpanan kurang baik − Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan Penambahan alat pendeteksi dan pengontrol suhu dan kelembaban pada ruangan − Ruang penyimpanan tidak memiliki alat pendeteksi dan pengontrol suhu dan kelembaban Cuaca yang tidak menentu seperti hujan mengakibatkan suhu dan kelembaban meningkat − Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan − Roti kurang mengembang saat proses pengembangan − Proses produksi tertunda − Tingginya permintaan − Kenaikan kurs mata asing − Harga bahan baku fluktuatif − Tingginya permintaan pada supplier − Kurangnya ikatan kerjasama dengan supplier − Ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia − Kesalahan pada SDM yaitu terlambat mematikan oven − Kesalahan pada SDM dalam memberikan takaran yang tidak sesuai − Hasil produksi roti gosong − Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai Melakukan pemeliharaan mesin secara berkala − Kerusakan pada alat transportasi − Tidak melakukan pengecekan berkala − Tidak melakukan perawatan mesin − Proses produksi tertunda − Kegagalan mesin Penggunaan mesin pengganti pembangkit listrik − Tidak ada peringatan/pemberitahuan pemadaman listrik Melakukan penyediaan spare part suku cadang mesin − Penggunaan mesin secara terus menerus Pada sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh W N Tanjung, S A Atikah, S Hidayat, E Ripmiatin, S S Asti dan R S Khodijah, tahun 2019, dengan judul “Risk Management Analysis Using FMECA and ANP Methods in the Supply Chain of Wooden Toy Industry”. Hasil dari penelitian ini yaitu berdasarkan analisis risiko dalam rantai pasokan industri mainan kayu, dapat disimpulkan bahwa ada 6 faktor risiko dan 25 variabel risiko dalam rantai pasokan industri mainan kayu. Keenam faktor risiko tersebut adalah permintaan, lingkungan, keuangan, informasi, risiko operasional, dan pasokan. Risiko paling kritis dari 15 variabel risiko adalah risiko biaya/harga. Untuk risiko kritis tersebut, dikembangkan dan dikaji strategi yang direkomendasikan untuk meminimalkan risiko biaya/harga yaitu melakukan praktik akuntansi strategis dan perencanaan keuangan. Persamaan yang dimiliki antara penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode yang sama, namun pada penelitian ini mengintegrasikan “critical” pada metode FMEA, dimana lebih sesuai untuk diimplementasikan untuk rantai pasok. Selain itu, perbedaan antara penelitian ini yaitu pada MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 123 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia tema penelitian dan objek yang diteliti. Pada jurnal ini meneliti mengenai risiko rantai pasok dan pada objek mainan kayu. 4. Kesimpulan dan Saran Dari hasil identifikasi risiko, didapatkan 20 kejadian risiko dengan berasal dari 5 faktor risiko yaitu dengan 5 risiko berasal dari kegiatan penyediaan bahan baku, 6 risiko berasal dari kegiatan produksi, 3 risiko berasal dari kegiatan pengemasan, 3 risiko berasal dari kegiatan pengiriman, dan 3 risiko berasal dari kegiatan pengembalian atau return. Pada faktor risiko penyediaan bahan baku terdapat risiko yaitu kualitas bahan baku kurang baik, perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan, harga bahan baku fluktuatif, ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok, dan kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima. Pada faktor risiko produksi terdapat risiko yaitu hasil produksi roti gosong, hasil produksi bentuk roti tidak sesuai, roti kurang mengembang saat proses pengembangan, tertundanya proses produksi, pemadaman listrik, dan kegagalan mesin. Pada faktor risiko pengemasan terdapat risiko yaitu pencetakan label kurang baik, kerusakan pada plastik kemasan, dan kerusakan pada alat bantu pengemasan. Pada faktor risiko pengiriman terdapat risiko yaitu keterlambatan pengiriman produk, kerusakan produk dan kemasan pada saat pengiriman, dan tempat pengiriman sulit dijangkau. Sedangkan, pada faktor risiko pengembalian terdapat risiko yaitu roti tidak habis terjual, pembatalan pemesanan, dan pesaing supplier roti . Dari hasil pengolahan data dengan metode ANP dan WFMEA, didapatkan faktor risiko yang memiliki tingkat prioritas tinggi untuk ditangani yaitu faktor risiko penyediaan bahan baku dan faktor risiko produksi. Hasil nilai WRPN dari faktor risiko penyediaan bahan baku didapatkan sebesar 240,1724 dan faktor risiko produksi didapatkan sebesar 218,5233. Berdasarkan hasil penilaian WRPN yang didapatkan, maka kedua faktor risiko tersebut termasuk kategori risiko yang perlu untuk dimitigasi. Faktor risiko yang perlu untuk dimitigasi dan literatur sebagai penunjang, maka dapat dirancang strategi mitigasinya yaitu antara lain pengawasan kualitas bahan baku, perbaikan teknik penyimpanan, penambahan alat pendeteksi dan pengontrol suhu dan kelembaban pada ruangan, enjaga kualitas produk, menjalin kemitraan, melakukan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, melakukan pemeliharaan mesin secara berkala, penggunaan mesin pengganti pembangkit listrik, dan melakukan penyediaan spare part suku cadang mesin. Saran yang dapat dijadikan sebagai perbaikan dan rekomendasi untuk pihak Cahaya Nikmah yaitu perlu dibuatnya Standar Operasional Prosedur SOP mengenai keseluruhan proses kegiatan di Cahaya Nikmah Bakery serta dapat dibuatnya data hasil penjualan dapat dibuat secara lebih terstruktur dan tertata seperti menggunakan Microsoft Excel untuk memudahkan pemilik untuk mengetahui hasil penjualan. Dan saran untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan HOR House Of Risk 2 dalam memilih prioritas strategi mitigasi karena metode ini dinilai dapat memperhitungkan strategi yang dianggap efektif . 5. Daftar Pustaka [1] A. Aini, Harumi; Syamsun, Muhammad; Setiawan, “Risiko Rantai Pasok Kakao Di Indonesia Dengan Metode Analytic Network Process Dan Failure Mode Effect Analysis Terintegrasi,” J. Manaj. Agribisnis, vol. 11, no. 3, pp. 209–219, 2015. [2] I. G. Agung, I. Mas, W. S. Kristinayanti, I. G. Made, and O. Aryawan, “Manajemen Risiko Proyek Pembangunan Underpass Gatot Subroto Denpasar,” J. akuntansi, Ekon. dan Manaj. bisnis, vol. 4, no. 1, pp. 1–6, 2016. [3] S. Mulyawan, Manajemen Risiko. Bandung CV Pustaka Setia, 2015. [4] Yulanita cahya Chrystanti and I. ulli Wardati, “Sistem Pengolahan Data Simpan Pinjam khusus Perempuan SPP Pada Unit Pengelola Kegiatan UPK Mitra Usaha Mandiri Program Nasional Pemberdayan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM-MPd Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan,” Joural Speed-Sentra Penelit. Eng. dan Edukasi, vol. 3, no. 1, p. 55, 2011. Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 124 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia [5] S. Santoso and R. Nurmalina, “Perencanaan dan Pengembangan Aplikasi Absensi Mahasiswa Menggunakan Smart Card Guna Pengembangan Kampus Cerdas Studi Kasus Politeknik Negeri Tanah Laut,” J. Integr., vol. 9, no. 1, pp. 84–91, 2017. [6] W. A. Syafei, K. Kusnadi, and B. Surarso, “Penentuan Prioritas Perbaikan Jalan Berbasis Metode Analytic Network Process Sebagai Komponen Menuju Kota Cerdas,” J. Sist. Inf. Bisnis, vol. 6, no. 2, p. 105, 2016. [7] K. R. Ririh, A. S. Sundari, and P. Wulandari, “Analisis Risiko Pada Area Finishing Menggunakan Metode Failure Mode Effect And Analysis FMEA Di PT. Indokarlo Perkasa,” SEMRESTEK 2018 Proc., vol. 1, no. 1, pp. 631–640, 2018. [8] E. Amrina and N. Fajrah, “Analisis Ketidaksesuaian Produk Air Minum Dalam Kemasan di PT Amanah Insanillahia,” Optimasi Sist. Ind., vol. 14, no. 1, 2015. [9] F. Basyaib, Manajemen Risiko. Jakarta Grasindo, 2007. [10] I. Fahmi, Manajemen Risiko Teori, Kasus dan Solusi. Bandung Alfabeta, 2013. [11] S. Hartawan, “Perancangan Manajemen Risiko Di Sebuah Perusahaan Furniture,” J. Titra, vol. 4, no. 2, pp. 29–36, 2016. [12] S. M. Hutajulu and Supriyanto, “Tinjauan Pelaksanaan Pelatihan dan Pengembangan Karyawan pada PT. Inalum Kabupaten Batubara,” J. Bisnis Adm., vol. 2, no. 2, pp. 30–39, 2013. [13] J. Prasetyo Irawan, I. Santoso, and S. Asmaul Mustaniroh, “Model Analysis and Mitigation Strategy of Risk in Tempe Chips Production,” Ind. J. Teknol. dan Manaj. Agroindustri, vol. 6, no. 2, pp. 88–96, 2017. [14] D. Komarasakti, “Analisis Biaya Pemeliharaan Mesin Terhadap Kualitas Produksi Pada Pt. X,” J. Comput. Bisnis, vol. 2, no. 1, pp. 52–59, 2008. [15] N. Kuswardhani and N. F. Yulian, “Supply chain risk potential of smallholder Robusta coffee farmers in Argopuro mountain area,” IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci., vol. 250, no. 1, 2019. [16] H. P. Pasaribu, “Metode Failure Mode and Effect Analysis Fmea Dan Fault Tree Analysis Fta Untuk Mengidentifikasi Potensi Dan Penyebab Kecelakaan Kerja Pada Proyek Gedung,” 2017. [17] H. Pertiwi, “Implementasi Manajemen Risiko Berdasarkan PMBOK Untuk Mencegah Keterlambatan Proyek Area Jawa Timur Studi Kasus PT. Telkom,” J. Stud. Manaj. dan Bisnis, vol. 4, no. 2, pp. 96–108, 2017. [18] E. A. Purba, “Analisis Penerapan Strategi Kemitraan Terhadap Kinerja Perusahaan Biro Teknik Listrik Studi Empiris pada Hubungan PT. PLN Persero Distribusi Jateng-DIY Area Pelayanan dan Jaringan Semarang dengan Perusahaan Biro Teknik Listrik BTL Di Wilayah Kerja AP,” J. Bisnis Strateg., vol. 18, no. 2, pp. 54–60, 2009. [19] P. EDY, “Pengaruh Quality Control Terhadap Tingkat Kerusakan Produk Pada Pt Filma Utama Soap Surabaya,” J. Penelit. Ilmu-Ilmu Sos., vol. 6, no. 2, pp. 116–121, 2006. [20] E. S. Rahayu, K. Usaha, S. Upaya, M. Daya, S. Ukm, and U. Kecil, “Kemitraan Usaha Sebagai Upaya Meningkatkan Daya Saing UKM Usaha Kecil Menengah,” EconoSAins, vol. VIII, pp. 123–130, 2010. [21] T. Rahmania, A. R. Matondang, and N. Matondang, “Perbaikan Sistem Perawatan Mesin Pada Pt Xyz,” J. Sist. Tek. Ind., vol. 18, no. 2, pp. 47–50, 2018. [22] D. P. Sari, K. F. Marpaung, T. Calvin, and N. U. Handayani, “Analisis Penyebab Cacat Menggunakan Metode FMEA dan FTA Pada Departemen Final Sanding PT Ebako Nusantara,” Pros. SNST, no. ISBN 978-602-99334-9-9, pp. 125–130, 2018. [23] R. A. Sari, R. Yuniarti, and D. P. A, “Analisa Manajemen Risiko Pada Industri Kecil Rotan Di Kota Malang,” vol. 2, no. 2, pp. 40–47, 2017. [24] H. Siahaan, Manajemen Risiko Konsep, Kasus dan Implementasi. Jakarta PT. Alex Media Komputindo, 2007. MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 125 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia [25] S. Sulaefi, “Pengaruh Pelatihan Dan Pengembangan Terhadap Disiplin Kerja Dan Kinerja Karyawan,” J. Manaj. Dan Kewirausahaan, vol. 5, no. 1, 2017. [26] W. N. Tanjung, S. A. Atikah, S. Hidayat, E. Ripmiatin, S. S. Asti, and R. S. Khodijah, “Risk Management Analysis Using FMECA and ANP Methods in the Supply Chain of Wooden Toy Industry,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng., vol. 528, no. 1, 2019. [27] P. Tarigan, E. Ginting, and I. Siregar, “Perawatan Mesin Secara Preventive Maintenance Dengan Modularity Design Pada Pt. Rxz,” J. Tek. Ind. USU, vol. 3, no. 3, pp. 35–39, 2013. [28] A. Yohanes, “Analytic Network Process ANP,” Din. Tek., vol. 8, no. 2, pp. 1–10, 2014. Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 126 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Halaman ini sengaja dikosongkan Joy Prasasti Madiah Rahmadani Vinsensius Widdy Tri PrasetyoChatarina Dian IndrawatiAmelia Bakery merupakan industri rumah tangga yang memproduksi aneka cake dan roti. Amelia Bakery menjalankan usahanya dengan sistem make to order. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan produk baru sebagai alternatif dalam upaya pengembangan usaha Amelia Bakery. Peneliti melakukan uji coba penjualan produk varian baru selama tiga hari guna mengetahui peluang dan minat beli konsumen terhadap produk. Setelah dilakukan uji coba kemudian dilakukan evaluasi dan disimpulkan bahwa konsentrasi tape ketan dalam adoanan kue terlalu tinggi sehingga menyebabkan kue bantat. Selanjutnya dilkukan uji coba pembuatan tiga komposisi dengan mengurangi konsentrasi tape ketan pada adoanan kue. Komposisi A mengandung 9% tape ketan, komposisi B mengandung 6% tape ketan, dan komposisi C mengandung 3% tape ketan. Peneliti melakukan uji coba pembuatan produk dengan menggunakan komposisi A, B dan C kemudian diberikan kepada 30 responden serta pengambilan kuesioner. Dari hasil kuesioner menyatakan bahwa produk varian baru dengan komposisi adalah yang paling diminati oleh PertiwiPeningkatan jumlah pengguna mendorong percaturan bisnis telekomunikasi berkembang menjadi lebih baik, hal ini mengakibatkan persaingan di bidang tersebut semakin ketat. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk sedang melakukan proyek pembaruan infrastrukturnya. Pada tahun 2015, terjadi peningkatan jumlah proyek secara signifikan yang dikelola oleh Telkom Jawa Timur yaitu mencapai angka 105 proyek dan belum menerapkan manajemen latar belakang tersebut digunakan pendekatan manajemen risiko proyek dengan standar Project Management Body of Knowledge PMBOK yang diterbitkan tahun 1983 oleh Project Management Institute PMI. Adapun tools untuk mengukur risiko digunakan metode Failure Modes and Effects Analysis FMEA.Risiko yang menjadi prioritas dari hasil penelitian yaitu risiko keterbatasan kualifikasi tenaga kerja Mitra, adanya new item dalam pekerjaan yang belum terdapat dalam List of Materials, keterlambatan pengurusan perijinan/ sitac/ PLN/ pihak ketiga, kesalahan perhitungan nilai realisasi proyek, keterbatasan jumlah tenaga kerja Mitra, perbaikan pekerjaan yang sudah selesai rework, kurangnya komunikasi dan koordinasi, keterlambatan pemesanan material ke is a factor that has a potential to occur in every part of an industry, including its supply chain. Every industry must consider and manage its supply chain risks in order to minimize losses while improving performance. In this study, a supply chain risk management SCRM approach was conducted in the supply chain of wooden toy industry as a way to minimize the impact of risk. In this case, SCRM method is done by identifying risks, assessing risks using the failure mode effect criticality analysis FMECA method to determine the risk priorities that must be mitigated, and establish strategies to mitigate the risk with analytical network process ANP method. Thus, the risk priority in the wooden toy industry’s supply chain is the cost/price risk with the highest WRPN value of 33,379. In order to mitigate the cost/price risk, conducting strategic accounting practices and financial planning are recommended to be considered as its Kuswardhani Nia YulianThe supply of coffee can be varied depending on several factors such as low productivity, low quality and behind the control of producers weather, disease. Due to inelastic demand and supply, any change in supply can cause fluctuation in market price. However, coffee farmers face several problems including the various risk involved in the coffee supply chain. The aim of this research was to identify various risks involved in the coffee supply chain and to analyze and evaluate the supply chain actors' members with the highest risk in the coffee supply chain management. The study was conducted in small enterprise of robust coffee in Argopuro mountain area Jember District, East Java. Analytical Network Process ANP and Weighted Failure Mode Effect Analysis WFMEA method was used to determine and analyze the highest risk in the coffee supply chain. The results showed that there were six risks identified in the supply chain, such as the quality of Robusta coffee production, prices, supply, environment and transport. The priority of the members of the value chain in the coffee supply chain risk management were the farmer with the greatest priority was quality risk WRNP qualitative interviews to understand the mindset of family business leaders in succession, this Supply Chain Management is important in industry. Vendor is the key component in the supply chain flow. A company abbreviated as UTPE is one of the biggest manufacturing companies in Indonesia that produces heavy equipment. The main materials are plates and spare parts that have been supplied by eight vendors. The current system of vendor selection is based on tardiness of delivery time, but every vendor has different frequency of delivery so that it cannot be compared. Therefore, the appropriate criteria and sub criteria are required to create a new system of vendor selection. The criteria and sub criteria are determined based on the previous research and interview with an expert in the company. There are 5 criteria and 17 sub criteria that are approriate for vendor selection. ANP is the development of Analytical Heuristic Process AHP by considering dependency between elements of hierarchy. By using ANP, the interdependency between criteria, sub criteria and their weight can be defined. Data collection is done by using observation, interview and questionnaire. Sub criteria long term relationship has the highest weight and vendor abbreviated as GH is the best vendor with score of 5. Elita AmrinaNofriani FajrahNowadays, the development of industry is increasing very rapidly. It can be known as the high competition between companies. Not only large and international scaled companies, small and medium-sized companies are also face the same challenges in the global competition. Therefore, the companies need to conduct a quality control to maintain the quality of products produced and to achiece the conformance to specifications of product that has standardized by the company policies in order to improve the customer satisfaction. PT Amanah Insanillahia is a company involved in the bottled water industry. Based on the preliminary study, it shown the quality control only conducted to check the number of defective products produced without further evaluation and analysis. Therefore, there is a need to analyze the data of defective products produced and evaluate the results. The purpose of this study is to analyze the nonconformity product of the bottled water 600 ml brand PRIM-A. The p-chart is used in this research to analyze the number of defective products. Then, the fishbone diagram is used to analyze the causes of defective products. The results show that there is no data out of the control limits and mostly the data near in the central line of the p-chart. Using the fishbone diagram, it concluded that factors of man, machines, materials, methods, and environment are the causes of nonconformity products of the bottled water 600 ml brand PRIM-A. It is hoped this study will beneficial for the company to improve the product quality as well as to increase the customer satisfaction. Key WordsBottled water, nonconformity, p-chart, quality, fishbone diagram Abstrak Dewasa ini perkembangan dunia industri bergerak sangat pesat. Hal ini dapat diketahui berdasarkan persaingan antar perusahaan yang semakin meningkat dan lebih ketat. Tidak hanya perusahaan berskala besar dan internasional, namun perusahaan kecil dan menengah juga mengalami persaingan global. Oleh karena itu perusahaan perlu melakukan pengendalian kualitas untuk mempertahankan kualitas dari produk yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan perusahaan sehingga akan menciptakan kepuasan konsumen. PT Amanah Insanillahia merupakan perusahaan yang bergerak di industri Air Minum Dalam Kemasan AMDK. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan diketahui bahwa pengendalian kualitas hanya dilakukan dalam batas pengecekan jumlah produk cacat yang dihasilkan tanpa dievaluasi maupun dianalisis lebih lanjut. Oleh karena itu perlu untuk menganalisis data produk cacat yang dihasilkan dan mengevaluasi hasilnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ketidaksesuaian produk air minum kemasan botol 600 ml merek PRIM-A. Peta p digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis jumlah produk yang cacat. Kemudian diagram fishbone digunakan untuk menganalisis penyebab ketidaksesuaian produk. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat data yang keluar batas kontrol dan sebagian besar produk berada didekat garis tengah dari Peta kendali p. Dari diagram fishbone didapatkan bahwa faktor manusia, mesin, bahan baku, metode, dan lingkungan merupakan penyebab ketidaksesuaian produk air minum kemasan botol 600 ml merek PRIM-A. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk dan kepuasan konsumen. Kata Kunci Air minum dalam kemasan, ketidaksesuian, peta p, kualitas, diagramfishboneTiara RahmaniaAbdul Rahim MatondangNazaruddin MatondangPT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pakan ternak. Proses produksi pada perusahaan ini sering mengalami kendala seperti adanya kerusakan mesin. Hal ini mengakibatkan terjadinya downtime dengan rata-rata per bulan yang terjadi tahun 2014 sampai Oktober 2015 sebesar 11,21% atau 43,05 jam. Perbaikan sistem perawatan mesin dapat dilakukan untuk mengurangi downtime tersebut. Sistem perawatan maintenance yang berjalan pada perusahaan ini menerapkan metode corrective maintenance dan preventive maintenance. Sistem perawatan usulan yang diberikan yaitu jadwal penggantian spare part berdasarkan perhitungan Total Minimum Downtime. Interval penggantian yang diusulkan untuk komponen kritis Hammer Mill yaitu Beater PCD 80mm 5x50x150xØ17mm 288 jam, Screen 695x1120x3DxØ3mm 320 jam, Screen 695x1120x3DxØ8mm 416 jam dan Hammer Bolt 700-2D 480 jam. Selain itu, untuk mendukung sistem perawatan yang diusulkan maka diperlukan persediaan spare part yang optimal. Dengan menerapkan sistem perawatan usulan terjadi penurunan downtime pada perusahaan yang cukup signifikan sebesar 29,97% dan peningkatan nilai keandalan sebesar 37,05%.Smart city become a demand for people to live in more comfort and easier. Knowledge is needed in every decision support system in smart city. This paper presents a research in determining the priority order of road handling based on level of service by using Analytic Network Process which is implemented into decision support systems as a component toward smart city. Variables used refers to the Highway Capacity Manual Indonesia based on the volume of traffic and the road characteristic data. Analytic Network Process is used because of its advantages in conducting multi-criteria assessment on the basis of the subjective judgment of decision makers and can combine quantitative and qualitative data. From the results of the validation test between the system output and outcome data field issued by Dishubinkom Cirebon, the accuracy of the test results of 10 streets in the city of Cirebon with validation test Spearman Rank correlation is equal to The results showed Analytic Network Process can be implemented and an appropriate solution indetermining the road handling priority. 404 Not Found - NotFoundHttpException 1 linked Exception ResourceNotFoundException » [2/2] NotFoundHttpException No route found for "GET /Top/membuat-web-yang-menghasilkan-uang-2996070" [1/2] ResourceNotFoundException Logs Stack Trace Plain Text Inilah sebutkan bahaya yg dapat terjadi di pabrik pembuatan roti dan hal lain yang berhubungan erat dengan sebutkan bahaya yg dapat terjadi di pabrik pembuatan roti serta aspek K3 secara umum di Indonesia. …di ketinggian, seperti bahaya mekanis, bahaya listrik bahaya kimiawi, bahaya fisik, dan bahaya biologis. Mari kita bahas satu persatu untuk jenis-jenis bahaya yang di dapat jika bekerja di ketinggian ……para pekerja maupun masyarakat hazard yang terkait isu higiene industri diantaranya Bahaya fisik Bahaya timbul dari excess-nya tingkat kebisingan, radiasi non-pengion/pengion, suhu ekstrim dan pressure tekanan Bahaya Kimia……alkohol dan obat-obatan 8 Kegiatan konstruksi – bahaya dan kontrol • Bahaya konstruksi Umum dan kontrol • Bekerja di ketinggian • Penggalian • Kesehatan bahaya biasa ditemui dalam kegiatan konstruksi……dapat diketahui kapan terjadinya, jadi diperlukan sistem manajemen atau perencanaan yang bertujuan untuk Mempersiapkan diri menghadapi bencana atau kejadian yang tidak diinginkan. Mengidentifikasi sumber data yang tersedia untuk melihat kapasitas……bagaimana bahaya tersebut ditanggulangi dan dikendalikan. Pengendalian bahaya tersebut melalui perencanaan formal dan prosedur mitigasi atau penghapusan kondisi berbahaya. Karyawan harus benar-benar dilatih tentang prosedur pelaporan keselamatan bahaya resmi. Subcontractors……eksistensinya sehinggga dapat terlihat dengan mudah. Sebagai contoh,di dalam suatu pabrik kimia,terdapat berbagai jenis bahan dan bertahun tahun di dalam pabrik tersebut tidak pernah terjadi kecelakaan atau kejadian menyadari jika dirinya tertidur atau akan memasuki kondisi tidur. Microsleep ditandai dengan gerakan kepala seperti mengangguk, mengedipkan mata yang terlalu sering atau bahkan dapat terjadi dalam keadaan mata terbuka…Demikianlah beberapa ulasan artikel tentang sebutkan bahaya yg dapat terjadi di pabrik pembuatan roti yang dapat Anda jadikan referensi untuk mengetahui lebih jauh mengenai sebutkan bahaya yg dapat terjadi di pabrik pembuatan K3 lainnya yang bisa Anda pelajari adalah contoh komunikasi vertikal, contoh buku laporan harian satpam, prosedur K3 yang berlaku di industri, tugas 3 membaca teks anekdot dalam puisi, soal pilihan ganda tentang integrasi nasional, kata kata operator excavator, contoh amdal pabrik rokok, contoh soal negosiasi essay, soal dan jawaban integrasi nasional, tujuan amdal sebagai instrumen pengendalian dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas softskill , pengetahuan tentang dampak perindustrian sebuah pabrik roti terhadap lingkungan sekitar. Dimana sekarang ini sebenarnya sudah lumayan banyak perindustrian roti rumahan ataupun pabrik. Tentu dengan adanya usaha tersebut dapat mengurangi jumlah pengangguran di Lingkungan sekitar pabrik tersebut. Dalam tugas pembuatan makalah ini, kami memilih dampak Pabrik roti terhadap lingkungan sekitar karena dalam pandangan kami, sebuah pabrik roti selain menghasilkan dampak positif terhadap lingkungan, pasti mempunyai dampak negatifnya pula untuk masyarakat. Dimana sebuah perindustrian pasti akan menghasilkan limbah ataupun polusi baik suara ataupun udara. Tujuan Penulisan Sebagai pengetahuan macam-macam dampak positif ataupun positif dari sebuah Perindustrian. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek dampak negatif dan positif suatu perindustrian. BAB II ISI Dampak Industri Terhadap Lingkungan Dampak Positif Pembangunan dan perkembangan industri mengakibatkan terjadi perubahan-perubahan di berbagai aspek sosial ekonomi masyarakat, perubahan tersebut meliputi perubahan mata pencaharian, perubahan jumlah kesempatan, perubahan tingkat pendapatan, dan perubahan jumlah sarana dan prasarana. Perubahan-perubahan tersebut kemudian menimbulkan dampak positif maupun negative. Dampak positif pembangunan industri merupakan kondisi perubahan dalam masyarakat akibat adanya pembangunan industri yang memberikan keuntungan meningkat baik langsung maupun tidak langsung dari kondisi sebelumnya. Penciptaan Peluang Usaha dan Pekerjaan Kehadiran industri membawa pengaruh terhadap mata pencaharian penduduk, dimana sebelum adanya industri sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan sebagian lagi terbagi dalam beberapa mata pencaharian tertentu saja seperti buruh industri batu bara dan sebagainya. Dengan dibangun dan berkembangnya industri masyarakat mempunyai peluang usaha yang lebih luas. Sektor pekerjaan lain yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah usaha berdagang, misalnya masyarakat asli desa membangun warung-warung kecil di rumah yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, selain lebih ekonomis juga mudah untuk di jangkau1. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Bertambahnya jumlah sarana dan prasarana setelah berkembangnya industri telah memberikan kemudahan-kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas masyarakat sebelum berkembang industri lebih banyak dilakukan untuk pergi ke sawah, atau ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari atau menjual hasil pertaniannya, namun saat ini masyarakat dapat dengan mudah melakukan berbagai kegiatan dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai baik yang disediakan oleh perusahaan maupun pemerintah daerah. Walaupun ketersediaan sarana dan prasarana tersebut belum semua dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat khususnya yang memerlukan pengeluaran biaya besar seperti pemasangan telepon, tetapi setidaknya sarana dan prasarana yang tersedia lebih mudah dijangkau dan biaya yang relatif ekonomis, misalnya sekolah-sekolah dasar, pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu, tempat ibadah, dan sarana olahraga. Sementara untuk sarana jalan umum tidak hanya dapat dimanfaatkan langsun oleh pihak perusahaan, dan masyarakat lapisan menengah keatas yang memiliki kenderaan, tetapi juga masyarakat lapisan menengah kebawah juga dapat memanfaatkannya dengan tersedianya angkutan umum yang masuk dalam wilayah desa, sehingga masyarakat desa tidak perlu lagikeluar wilayah dengan berjalan kaki atau menggunakan kenderaan yang tidak memadai untuk menujukota kecamatan atau kota kabupaten. Dampak Negatif Pembangunan industri di satu sisi memberikan perubahan yang berdampak positif namun di sisi lain juga membawa perubahan yang berdampak negatif, dampak negatif tersebut antara lain terjadinya pencemaran terhadap lingkungan sekitar industri seperti polusi air bersih, polusi kebisingan suara, dan polusi udara. Selain pencemaran lingkungan dampak negatif yang terjadi antara lain adanya potensi konflik akibat adanya kecemburuan sosial antara masyarakat asli desa dengan masyarakat pendatang dalam hal kemudahan mengakses pekerjaan khususnya di sektor industri. Pencemaran Lingkungan Dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan seperti polusi air, polusi udara, polusi tanah, dan lain-lain yang membahayakan kelangsungan hidup semua makhluk. Berbagai upaya telah dilakukan baik oleh pihak perusahaan sendiri maupun Pemerintah Daerah untuk memperkecil resiko pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh aktifitas industri. Pencemaran Air Bersih Upaya yang telah dilakukan dalam mengurangi atau memperkecil terjadinya resiko pencemaran linkungan memang tidak sepenuhnya menjamin untuk tidak adanya masalah pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan terjadi mengenai air sumur penduduk yang terkontaminasi dengan limbah yang berasal dari perusahaan. Kapasitas limbah yang cukup banyak sementara kualitas dan kapasitas penampung limbah kurang memadai akibatnya limbahmenyerap dalam tanah sampai ke air sumur masyarakat. Polusi Kebisingan Suara Selain pencemaran terhadap air sumur penduduk, pencemaran juga terjadi akibat kebisingan suara yang dihasilkan oleh aktifitas produksi yang melebihi batas. Salah satu cara menguranginya adalah dengan melakukan perbaikan kualitas bangunan agar dapat menurunkan intensitas bising dan menambah pepohonan di sekitar pabrik. Polusi Udara Pencemaran lingkungan yang juga terjadi adalah polusi udara, dimanapolusi tersebut berasal dari kegiatan mesin-mesin produksi pabrik yang pembuangan limbah asapnya melalui cerobong perusahaan, terutama perusahaan yang dalam produksi lebih banyak melakukan kgiatan pembakaran. Selainpolusi udara dihasilkan dari kegiatan industri, polusi udara juga terjadi akibat banyaknya truk-truk perusahaan yang berkapasitas besar keluar masuk pabrik untuk mengangkut hasil produksi perusahaan, hal ini yang kemudian jalan mudah rusak dan menimbulkan debu-debu tebal di jalan. Selain itu , Limbah industri nya juga masih mempunyai nilai ekonomis yaitu. 1. Limbah produksi seperti sisa cake dan tart dapat di olah kembali menjadi adonan pralin kemudian di cetak dan didinginkan di dalam pendingin sudah menjadi tart dengan variasi baru. 2. Limbah putih telur, dapat digunakan untuk membuat beraneka macam brownis dan cake oleh warga sekitar dan bisa di jual kembali. 3. Limbah roti di jual pada warga sekitar untuk digunakan sebagai pakan ternak. Karena sejatinya Limbah padat industri bakery roti merupakan salah satu bahan pakan yang banyak mengandungkarbohidrat. Pembuatan pakan ternak tidak hanya berasal dari limbah roti, akan tetapi diperlukan bahan-bahan yang lain dalam bentuk formulasi. Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu menggunakan tabel patokan kebutuhan nutrisi. 4. Limbah Kacang-kacangan, serealia, biji-bijian dan lain lain bisa di jadika sebagai olahan pakan penguat atau konsentrat yang terbentuk sebagai tepung. Pakan yg mudah di cerna karena pakan penguat atau konsentrat terbuat dari berbagai bahan pakan sumber energi Karbohidrat. 5. Limbah industri bakery selanjutnya yang masih memiliki nilai ekonomis adalah cangkang telur. Cangkang telur di kumpulkan dan di jual ke warga sekitar atau pengepul untuk di jadikan salah satu bahan kerajinan tangan seperti lukisan dengan kanvas atau lukisan pada botol kaca yang bisa di jual kembali dengan harga jual yang lebih tinggi. Dan adapun Cara Pengolahan Limbah Roti Sebagai Berikut Proses Pengelolaan Limbah Industri Roti Limbah industry bakery harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian terhadap lingkungan sekitar. Tidak adanya pengelolaan terhadap limbah dapat menimbulkan dampak, diantaranya adalah 1 pencemaran saluran air oleh limbah cair ; 2 penyumbatan drainase jalan ; 3 dapat menimbulkan bau busuk 4 dapat tergenang jika terjadi banjir. Limbah industry bakery dapat berupa limbah cair maupun limbah padat. Proses pengelolaan limbah cair dan limbah padat pada industry bakery adalah sebagai berikut a. Pengelolaan Limbah Cair Pengelolaan limbah cair bertujuan untuk menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut, serta penyisihan unsure hara berupa nitrogen dan fosfor. Secara umum pengolahan limbah cair dibedakan menjadi tiga, yaitu pengolahan primer, pengolahan sekunder dan pengolahan tersier. Pengolahan primer merupakan pengolahan secara fisik untuk meyisihkan benda-benda terapung atau padatan tersuspensi terendapkan. Pengolahan primer berupa penyaringan kasar, dan memisahkan bahan inert seperti butiran pasir atau tanah. Pengolahan sekunder merupakan proses biologis. Pengolahan secara biologis pada prinsipnya adalah pemanfaatan aktivitas mikroorganisme seperti bakteri dan protozoa. Mikroba tersebut mengkonsumsi polutan biodegradable dan mengkonversi polutan menjadi karbondioksida, air dan energi untuk pertumbuhannya. Kondisi lingkungan pada pengolahan sekunder harus diatur guna mengoptimalkan pertumbuhan mikroba. Sistem pengolahan limbah cair secara aerobik dapat menggunakan sistem lumpur aktif activated sludge, Rotating Biological Contractor RBC dan kolam oksidasi. Pengolahan sekunder dapat menurunkan kandungan BOD dan TSS pada limbah cair, akan tetapi efluen masih mengandung ammonium dan fosfor dalam bentuk terlarut. Ammonium atau ammonia merupakan nutrisi bagi biota air, sehingga jika limbah cair mengandung ammonia, maka akan terjadi pertumbuhan biota air yang berlebihan sehingga menimbulkan pendangkalan badan air. Hal demikian harus dikendalikan dengan pengolahan tersier pada limbar cair. Sistem yang dapat digunakan dalam pengolahn tersier adalah filtrasi pasir, eliminasi nitrogen nitrifkasi dan denitrifikasi dan eliminasi fosfor. Setelah melakukan pengolahan Sekunder, selanjutnya dilanjut ke pengolahan tersier yaitu limbah cair dialirkan ke IPAL Instalasi Pengelolaan Air Limbah. b. Pengelolaan Limbah Padat Salah satu perusahaan bakery di Indonesia yaitu PT Mirota Indah Indonesia menghasilkan limbah padat yang cukup besar. Limbah produksi seperti sisa cake dan tart di olah kembali menjadi adonan pralin kemudian di cetak dan didinginkan menjadi tart dengan variasi baru ; limbah putih telur digunakan untuk membuat beraneka macam brownis dan cake ; limbah roti di jual pada konsumen untuk digunakan sebagai pakan ternak. Limbah padat industri bakery roti pada umunya digunakan sebagai pakan ternak. Limbah industri roti, merupakan salah satu bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat. Pembuatan pakan ternak tidak hanya berasal dari limbah roti, akan tetapi diperlukan bahan-bahan yang lain dalam bentuk formulasi. Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu menggunakan tabel patokan kebutuhan nutrisi. Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa simpan. Teknik pengolahan pakan dari limbah industri bakery dapat dilakukan dengan cara pembuatan pakan penguat. Pakan penguat atau keonsentrat yang terbentuk seperti tepung. Pakan penguat bersifat mudah dicerna karena terbuat dari berbagai bahan pakan sumber energi karbohidrat seperti serealia, biji-bijian, bungkil, kacang-kacangan, dan lain-lain. Bahaya kandungan protein pada roti Tepung bahan roti tawar umumnya memiliki kandungan protein jahat atau glutten yang sangat tinggi. Jenis protein ini dapat menimbulkan sakit perut hingga diare. Selain itu, tepung putih yang merupakan bahan utama pembuat roti tawar umumnya sudah kehilangan nutrisi, sehingga jikapun sobat konsumsi sebanyak apapun, tetap saja sobat tidak akan mendapat manfaat darinya. Kadar Natrium Tinggi Roti tawar putih memiliki kandungan natrium yang sangat tinggi. Natrium dalam jumlah banyak ini, apabila masuk ke tubuh terus-menerus maka akan berkontribusi menyebabkan penyakit jantung. Selain itu, kadar garam dalam darah juga akan meningkat sehingga berisiko menimbulkan berbagai penyakit mematikan. Nol Nutirisi Roti tawar putih ternyata tidak memiliki nutrisi apapun. Hal ini terjadi karena selama proses pembuatan, tepung roti tawar kehilangan asupan vitamin dan nutirisi yang terkandung seperti vitamin B dan E, seng, dan asam folat. Hilangnya nutrisi ini membuat roti tawar putih menjadi makanan yang hanya bisa mengganjal perut. Mengandung Banyak Fruktosa Fruktosa merupakan jenis gula yang banyak terdapat dalam berbagai makanan olahan. Hampir semua jenis roti mempunyai kandungan gula fruktosa, namun roti tawar putihlah yang mempunyai kandungan fruktosa paling tinggi. Kandungan fruktosa ini mempunyai dampak buruk bagi kesehatan terutama yang berkaitan dengan ginjal dan darah. Bisa Sebabkan Diabetes Amylum dalam roti tawar putih yang masuk ketubuh akan terpecah oleh enzim pencernaan dan dirubah menjadi senyawa glukosa. Senyawa ini akan dengan cepat memasuki aliran darah dan menyebabkan kadar gula darah melonjak. Jika dibiarkan terus-menerus, maka bisa saja muncul penyakit mematikan seperti diabetes. Tinggi Karbohidrat Tapi Miskin Serat Kandungan karbohidrat yang sangat tinggi dalam roti tawar putih, berpotensi mengakibatkan hiperkarbohidrat atau kelebihan karbohidrat dalam tubuh. Jika dibiarkan, maka bisa berpotensi menyebabkan gangguan fungsi kognitif otak, seperti menurunnya kecerdasan dan daya ingat, atau bahkan alzheimer. Selain itu, kandungan serat yang sangat terbatas, akan menyebabkan berbagai gangguan pencernaan. Mengenyangkan, Tetapi Tidak Bertahan Lama Ada beberapa sumber yang bilang bahwa memakan roti tawar tidak akan mengenyangkan. Menurut saya, hal ini salah. Roti tawar putih tetap bisa mengenyangkan perut sobat, hanya saja rasa kenyang tersebut tidak akan bertahan lama. Artinya, sobat akan kembali lapar begitu cepat setelah memakan roti tawar. Membuat Cepat Gemuk Mengkonsumsi roti tawar saat diet adalah pilihan yang salah. Alasannya karena, roti tawar mengandung banyak sekali kalori yang berpotensi meningkatkan berat badan. Jadi, bagi sobat yang sedang diet atau tidak ingin berat badannya naik, maka harus berhenti makan roti tawar putih sekarang juga. Sukar Dicerna Minim serat dan kandungan glutten yang sangat tinggi membuat roti tawar sulit untuk dicerna. Selain itu, roti tawar juga tidak mempunyai kandungan enzim yang bisa membantu memecah karbohidrat dan lemak agar mudah dicerna. Buruk untuk Kesehatan Melihat berbagai kerugian diatas, akhirnya bisa saya simpulkan bahwa secara umum, memakan roti tawar putih adalah pilihan yang buruk bagi kesehatan. Manfaat roti tawar putih dirasa tidak sebanding dengan kerugian yang diakibatkannya. III PENUTUP Kesimpulan & Saran Positifnya dengan adanya usaha pabrik roti ini, dapat memperkerjakan orang – orang di sekitar . Dan menumbuhkan sikap entrepreneur , dengan membuka lapangan pekerjaan untuk orang banyak. Namun dibalik semua itu, tidak boleh dilupakan tentang dampak negatifnya, dari asap pembuatan roti, limbah berbahaya macam lainnya. Kalau bisa diolah untuk dijadikan produk yang berguna kembali, ataupun pengolahan limbahnya lebih diperhatikan lagi.

sebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan roti